Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian menggandeng Toyota Indonesia dan sejumlah perguruan tinggi negeri untuk melakukan riset teknologi mobil listrik. Langkah ini akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan pengembangan kendaraan listrik.
Terkait itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri otomotif selama ini memberikan kontribusi cukup signifikan bagi perekonomian nasional.
Baca Juga
Advertisement
Namun, sebagai negara yang baru mengembangkan mobil listrik, tak menutup kemungkinan bahwa masyarakat akan lebih sensitif terhadap harganya jika dibandingkan dengan mobil-mobil konvensional.
Untuk harga juga tak terlepas dari regulasi kendaraan listrik yang masih terus digodok hingga kini. Airlangga menuturkan regulasi tersebut masih terus dikaji seiring finalisasi fiskal yang mencakup mini tax holiday dan super deductible tax bagi investor.
"Regulasi dan road map sudah diselesaikan, tinggal finalisasi fiskalnya di Kemeterian Keuangan, karena fiskal ini bagian dari kebijakan keseluruhan mini tax holiday, kemudian super deductible tax untuk inovasi dan vokasi juga review perbaikan tentang PPnBM," kata Airlangga di Jakarta, Rabu (4/7).
Selanjutnya
Terkait itu, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono berharap harga jual kendaraan listrik tidak begitu tinggi seperti halnya kondisi sekarang.
"Fiskal nanti gunanya mengatur PPnBM mengenai EV maupun kendaraan konvensional. Jadi kita berharap gap antara konvensional vehicle dan electric vehicle itu tidak terlalu besar, tidak seperti sekarang," kata Warih.
Meski tak bisa dipungkiri, harganya pasti lebih mahal EV dibanding mobil konvensional.
"Sedikit berbeda, mungkin sekarang beda 30 persen (lebih mahal dari kendaraan konvensional). Itu juga salah satu tujuan kita agar customer menyukai EV," tutupnya.
Advertisement