Liputan6.com, Jakarta - Meskipun Korean Air sempat masuk daftar 10 maskapai terbaik di dunia, sekarang maskapai terbesar di Korea Selatan (Korsel) sedang menghadapi skandal korupsi dan nepotisme.
CEO Cho Yang-ho sudah diperiksa pihak berwajib karena dicurigai menghindari pajak warisan sebesar 50 miliar won dan melakukan praktik korupsi pada dana perusahaan sebesar 20 miliar won, demikian laporan FT.
Baca Juga
Advertisement
Cho Yang-ho, yang memimpin Korean Air sejak 1999, juga dicurigai gagal melaporkan ke otoritas pajak terkait aset finansial di luar negeri senilai hampir 1 miliar won.
Terkait masalah nepotisme, pria 69 tahun itu dituding memberikan kontrak bisnis kepada perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh keluarganya dan memakai uang perusahaan untuk membayar uang pengacara keluarganya. Tindakan-tindakan tersebut akhirnya memancing amarah publik.
Cho sendiri membantah tuduhan-tuduhan itu. Menurut SCMP, ia diperiksa selama 15 jam dan akan dipanggil lagi di pengadilan.
Ini bukan pertama kali CEO Korean Air kena skandal hukum. Ia pernah berurusan dengan pengadilan karena menghindari pajak pada 2000 dan masih menunggu pengadilan karena memakai dana perusahaan untuk merenovasi rumah pada 2013 dan 2014.
Tidak hanya itu, istrinya juga sedang diinvestigasi karena melakukan penganiayaan fisik pada bawahannya, sementara dua putrinya turut diinvestigasi atas dugaan penyelundupan.
Keluarga Kena Skandal
Kasus yang menjerat keluarga CEO Korean Air memiliki cerita yang cukup panjang. Pada awal 2018, para pegawai Korean Air menggelar protes sembari memakai topeng akibat tingkah putri termuda Cho yang menyiram air ke wajah orang lain saat sedang meeting.
Sebelumnya, putri Cho yang lain sempat menuai kontroversi karena mengamuk di pesawat hanya karena ia tak suka cara kacang yang disediakan di pesawat. Saat itu, ia ingin kacangnya disediakan di piring, tapi malah tetap dibungkus.
Tingkah laku kedua putrinya mendapat kecaman luas di Korsel, akibatnya sang ayah harus meminta maaf kepada publik atas tingkah laku kedua putrinya.
Advertisement