Stok Batu Bara Buat Pembangkit Sempat Menipis

Untuk menghindari kekurangan pasokan listrik, PLN mengoptimalkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Jul 2018, 20:00 WIB
PT Pembangkitan Jawa Bali berhasil menepis anggapan masyarakat bahwa kehadiran pembangkit listrik berbahan bakar batu bara bisa menyebabkan kerusakan ekosistem.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menyatakan stok batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sempat menipis dengan jumlah berada di bawah 15 hari. Kondisi ini membuat pengoperasian sebagian PLTU mengalami gangguan.

Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, kekurangan pasokan batu bara untuk sektor kelistrikan bermula dari rencana penerapan harga batu bara khusus untuk kelistrikan USD 70 per ton sehingga sejumlah produsen batu bara sempat menurunkan pasokan.

"Di awal-awal memang terpengaruh, harga di luar tinggi sekali. Ada dampak dari cuaca, harga tinggi, kan ada isu harga DMO batu bara yang waktu itu belum diputuskan itu mungkin mereka takut, ngerem, sehingga stok kita rendah,"‎ kata Supangkat, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Dampak pengurangan pasokan batu bara untuk sektor kelistrikan masih dirasakan sehingga kondisi stok batu bara untuk sebagian PLTU masih di bawah stok normal yaitu 15 hari. Dia menduga produsen batu bara lebih memilih mengekspor batu bara karena harganya jauh lebih tinggi.

"Di luar tinggi mungkin disedot keluar juga. Sampai sekarang dampak masih ada, stok kita masih di bawah 15 hari sebagian," tuturnya.

 


Di Bawah Standar

Industri batu bara di Kalimantan Timur. (Abelda Gunawan/Liputan6.com)

Menurut Supangkat, kondisi tersebut tidak membuat PLTU berhenti, namun sebagian PLTU mengalami gangguan karena terpaksa menggunakan stok batu bara yang kondisinya kurang bagus.

Untuk menghindari kekurangan pasokan listrik, PLN mengoptimalkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).

"Karena kalau stoknya tipis itu kan batubara yang di bawah bawah yang dipake yang sudah kena air. Tapi sekarang sudah normal bulan April Mei itu berdampak itu kemarin,"tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya