Suhu Dingin Dikaitkan dengan Aphelion, Ini Penjelasan Lapan

Beredar pesan berantai bila suhu udara dingin dikaitkan dengan fenomena aphelion. Apa kata Lapan?

oleh Muhammad Ali diperbarui 06 Jul 2018, 20:52 WIB
Ilustrasi dingin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Suhu udara di sejumlah wilayah Indonesia terasa dingin. Bahkan beredar pesan berantai bila kondisi dikaitkan dengan fenomena aphelion atau posisi bumi terjadi dari matahari.

Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, kondisi cuaca yang terjadi saat ini tak ada hubungannya dengan aphelion. Suhu udara itu dipengaruhi distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari.

"Saat ini matahari berada di belahan utara, sehingga belahan selatan mengalami musim dingin," kata Thomas dalam akun Facebooknya yang dikutip Liputan6.com, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Dia menambahkan, tekanan udara di belahan selatan juga lebih tinggi daripada belahan utara. Akibatnya angin bertiup dari selatan ke utara. Angin ini pula yang mendorong awan menjauh ke utara sehingga di Indonesia mengalami musim kemarau.

"Di Indonesia pada musim kemarau saat ini angin bertiup dari arah Australia yang sedang musim dingin. Itu sebabnya masyarakat di Jawa pada saat ini mengalami udara yang dingin," ujar dia.

"Tidak ada hubungannya dengan aphelion, karena perubahan jarak matahari ke bumi tidak terlalu signifikan mempengaruhi suhu permukaan bumi," imbuh Thomas.

 


Musim Puncak Kemarau

Anak-anak bermain di atas tanah retak Situ Cilodong, Kalibaru, Depok, Rabu (30/9/2015). Musim kemarau panjang menyebabkan situ Cilodong di Kelurahan Kalibaru, Cilodong mengalami kekeringan. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Sementara itu Menurut Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko, suhu dingin terjadi karena Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus ini.

"Dengan indikator aktifnya monsun Australia, Indonesia mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia yang menuju ke Asia," ujar Hary dalam keterangannya kepada Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Aliran massa dingin itu, jelas dia, menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin di sejumlah wilayah Indonesia yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa. Mulai dari Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Bali.

"Adapun yang beredar di media sosial mengenai suhu di Bandung yang mencapai 15°C saat ini bukanlah yang terdingin. Suhu minimum yang terjadi di Bandung pernah 12,4°C pada Juli 1986 dan di Lembang pernah 9,8°C pada Juli 1991. Artinya suhu sekarang masih berada di tatanan normal," jelasnya.

Ia menegaskan, saat ini Indonesia memang berada di puncak musim kemarau yang ditandai dengan suhunya lebih dingin, siang lebih panas, anginnya lebih kencang. "Masyarakat diingatkan tak perlu khawatir dan resah. Yang penting mempersiapkan diri menghadapi udara dingin ini," kata Hary.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya