Liputan6.com, Jakarta Harga emas jatuh, namun keluar dari posisi terendahnya seiring pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan ekuitas.
Bila secara mingguan, logam mulia mencatat kenaikan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Advertisement
Melansir laman Reuters, harga emas di pasar spot turun 0,2 persen ke posisi USD 1.254,45 per ounce. Harga emas menuju kenaikan mingguan pertamanya dalam empat pekan.
Sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus naik USD 3 atau 0,2 persen, menjadi USD 1.255,80 per ounce.
"Emas membutuhkan lebih dari perang dagang untuk mendorongnya lebih tinggi. Itu membutuhkan volatilitas dalam ekuitas, data ekonomi yang lebih lemah," ujar Josh dari RJO Futures.
Dolar jatuh setelah data menunjukkan tingkat pengangguran AS meningkat dan upah tumbuh kurang dari perkiraan pada bulan Juni.
Kenaikan upah adalah tanda yang diawasi ketat oleh pemerintah AS, karena berdampak ke tingkat inflasi yang dapat mendorong kenaikan suku bunga lebih banyak oleh Federal Reserve.
Dolar yang lemah cenderung mengangkat emas, sebab membuat logam mulia ini lebih murah bagi investor non-AS.
Perang Dagang
Rencana pengenaan tarif impor AS kepada China ikut mempengaruhi pasar emas. Amerika berencana mengenakan tarif impor senilai USD 34 miliar pada produk China, yang berlaku di hari Jumat.
Akibat ini, China menegaskan untuk membalasnya dengan mengenakan tarif sebesar 25 persen untuk impor senilai USD 34 miliar.
Memang, pasar menyerap kebijakan pengenaan tarif dengan tenang. Ini terlihat pada pasar saham yang justru naik. Meningkatnya pasar saham menekan harga emas karena permintaan logam mulia berkukrang.
Adapun harga perak naik 0,2 persen menjadi USD 16,01 per ounce. Kemudian harga platinum turun 0,1 persen menjadi USD 841,24. Adapun harga Palladium tergelincir 0,2 persen menjadi USD 949,95 per ounce.
Advertisement