Liputan6.com, Jakarta Pada Abad ke-15, negara-negara Eropa tengah gencar melakukan ekspedisi untuk mendapatkan pasokan kebutuhan, salah satunya rempah-rempah. Portugis (kini Portugal) menjadi salah satu negara yang melakukan penjelahan tersebut.
Orang Portugis sejatinya adalah orang asing yang hidup di tanah asing. Sebagian besar wilayah Portugis dihuni oleh pedagang Arab dan suku-suku yang kerap berseteru. Maka tak pelak, berlayar mencari 'dunia baru' menjadi hal yang lazim bagi mereka.
Advertisement
Tepat 521 tahun silam, 8 Juli 1497, Portugis menugaskan penjelajah Vasco da Gama dan timnya untuk berlayar, menemukan jalur baru ke India.
Ia dan anak buahnya melakukan pelayaran melalui rute pantai barat Afrika. Ketika melintasi garis khatulistiwa, mereka mengambil arah selatan, jalur yang pernah ditemukan oleh pelayar sebelumnya Bartolomeu Dias pada 10 tahun sebelumnya.
Pelayaran da Gama kala itu menjadi yang terlama, yakni empat bulan dalam jarak 6.000 mil atau 9.656 km. Ia dan awak kapal sama sekali tak melihat daratan, sejauh mata memandang hanya terbentang lautan.
Enam pekan kemudian, kapal da Gama mengarungi muara the Great Fish River di wilayah Eastern Cape, Afrika Selatan. Di kawasan Afrika, da Gama dan tim sempat tiba di Mozambik dan Mombasa. Namun kehadiran mereka ditolak warga setempat.
Ia kemudian pindah ke pelabuhan Malindi, Kenya, yang dikenal memiliki penduduk ramah. Mereka diterima dengan baik di wilayah tersebut. Di kota tersebut, da Gama menemukan sejumlah barang-barang yang diyakini berasal dari India.
Lantaran didorong rasa penasaran, ia mencari orang yang sekiranya bisa membantu untuk pergi ke India, terutama melintasi jalur menuju kota barat daya Kolkata, India. Setelah menemukan orangnya, da Gama akhirnya meninggalkan Afrika pada Februari 1498.
Pelayaran ke India berjalan dengan mulus, da Gama tiba di Kapadu pada 20 Mei 1498. Kedatangan da Gama disambut baik oleh raja setempat, yang saat itu dijabat oleh Zamorin.
Ia mendapat pasokan rempah-rempah yang dicari. Kendati demikian, hal itu tak membuat da Gama senang, karena ternyata banyak barang yang dibawa dari Eropa tak sesuai dengan permintaan pasar India.
Akhirnya da Gama memutuskan pulang pada Agustus 1498 dengan rasa kurang puas. Tanpa pengetahuan tentang angin musiman di Samudera Hindia, da Gama mengalami rintangan berat dalam perjalanan kembali ke Portugis, mengarungi laut Afrika empat kali lebih lama dari perjalanan pergi.
Beberapa kru kapal bahkan terserang penyakit kudis, hingga meninggal. Perjalanan fase akhir relatif lancar. Hingga akhirnya pada awal September 1499, da Gama tiba di Portugis dengan membawa rempah-rempah dan mendapat laba 60 kali lipat. Meski di satu sisi, da Gama gagal menjalin kerja sama perdagangan jangka panjang dengan India.
Sejarah lain mencatat bahwa 8 Juli 1951 ditetapkan sebagai ulang tahun ke-2.000 Paris, ibukota Prancis. Sedangkan pada 8 Juli 1994 merupakan momen saat Kim Jong-il meneruskan kepemimpinan tertinggi Korea Utara pasca-kematian ayahnya, Kim Il-sung.
Saksikan video pilihan berikut ini: