Liputan6.com, Bangkok - Dua belas bocah anggota tim sepak bola dan pelatihnya ditemukan selamat setelah berhari-hari terjebak di sebuah gua di Thailand. Harapan mereka bisa pulang dalam kondisi hidup pun membuncah, meski proses evakuasi sama sekali tak mudah.
Keberadaan mereka ditemukan oleh penyelam Inggris, setelah 10 hari terjebak -- bertahan hidup di liang batu yang berjarak 4 kilometer dari mulut gua. Tak ada jalan keluar bagi para korban. Liang yang tadinya kering tiba-tiba terendam banjir.
Baca Juga
Advertisement
Sejak keberadaan mereka dipastikan, tim penyelam Thailand dan internasional mengirimkan makanan, oksigen, dan bantuan medis. Kekhawatiran meningkat karena level oksigen di dalam gua menurun ke 15 persen. Padahal sebelumnya ada di level 21 persen.
Sementara itu, di permukaan, tim penyelamat militer dan sipil berlomba melawan waktu untuk mengevakuasi para korban ke lokasi yang lebih aman. Sebab, hujan lebat diperkirakan akan turun pada Minggu 8 Juli 2018 besok. Ancaman banjir lanjutan meningkat.
Pihak berwenang awalnya mempertimbangkan untuk membiarkan para bocah dan pelatihnya itu tetap berada di dalam gua hingga situasi aman. Itu berarti mereka bisa tinggal di sana hingga empat bulan.
Namun, komandan Angkatan Laut Thailand menyarankan, upaya penyelamatan ekstrem mungkin harus dilakukan secepat mungkin.
"Awalnya kami mengira anak-anak itu bisa tinggal di sana dalam waktu lama...namun, situasi berubah, waktu kami terbatas," kata Laksamana Muda Apakorn Yookongkaew, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (7/7/2018).
Namun, proses evakuasi dengan penyelaman pun mengandung risiko besar. Apalagi, sebagian dari para bocah, yang usianya 11 sampai 16 tahun, tidak bisa berenang.
Sementara itu, anak-anak yang terperangkap sejak 23 Juni 2018 baru-baru ini menulis surat kepada orangtuanya. "Jangan khawatir ... kami semua kuat"," demikian yang disampaikan mereka.
Mereka juga menuliskan pesan-pesan lain dengan tulisan tangan. Ada yang minta makanan tertentu, termasuk ayam goreng.
"Guru, jangan beri kami banyak PR!," itu pesan mereka yang lain.
Dalam surat terpisah, sang pelatih Ekkapol Chantawong meyakinkan para orangtua bahwa mereka dalam kondisi aman. "Sekarang semuanya baik-baik saja, tim penyelamat memperlakukan kami dengan baik," kata pria 25 tahun itu.
"Dan saya berjanji akan mengurus anak-anak sebaik mungkin. Terima kasih untuk semua yang datang untuk membantu," tambah dia. "Saya dengan tulus juga meminta maaf kepada para orangtua."
Saksikan video soal upaya evakuasi para bocah Thailand yang terjebak dalam gua:
Seorang Penyelam Tewas
Mereka yang terjebak dilaporkan dalam kondisi relatif baik. Namun, kabar duka justru muncul. Seorang mantan anggota Angkatan Laut Thailand yang ikut serta dalam penyelaman dalam upaya evakuasi, meninggal dunia.
Saman Gunan, nama korban, kehilangan kesadaran dalam perjalanannya keluar dari kompleks gua Tham Luang, setelah ia mengirimkan tanki berisi oksigen ke dalam gua.
Kematian Saman, yang adalah seorang penyelam terlatih, pada Kamis 5 Juli 2018 kian menegaskan bahayanya menyelam dari liang ke mulut gua apalagi bagi anak-anak yang sama sekali tak tahu cara menyelam.
Saman meninggal setelah kehilangan kesadaran di salah satu jalan masuk gua, demikian kata Passakorn Boonyaluck, wakil gubernur wilayah Chiang Rai.
"Tugasnya adalah mengirim oksigen. Namun, dia tidak memiliki cukup pasokan dalam perjalanan kembali," kata Passakorn.
Mitra menyelam Saman, dia menambahkan, sudah berupaya menyelamatkan jiwanya. Namun gagal. Jasadnya kemudian dibawa keluar gua.
Kematian Saman tidak akan berdampak pada misi evakuasi. Namun, musibah itu menimbulkan efek psikologis, terutama bagi tim penyelamat.
Pihak berwenang memutuskan untuk tak menyampaikan kabar duka tersebut pada para bocah yang terjebak. Demi menjaga mental mereka.
Sejumlah anggota tim saat ini berupaya menghubungkan kabel serat optik ke lokasi para korban. Agar para bocah itu bisa berbicara dengan keluarga mereka. Harapannya, hal tersebut akan meningkatkan motovasi mereka, setelah dua minggu terjebak di bawah tanah.
Sementara itu, sejumlah relawan lokal menyisir bukit-bukit, untuk mencari jalan masuk alternatif ke dalam gua. Namun, sejauh ini belum ada titik temu.
Jika upaya penyelamatan dengan penyelaman gagal, membiarkan anak-anak di dalam gua akan menghadirkan risiko yang tak kalah bahaya. Sinkhole bisa terbentuk dan air bisa mengalir masuk dari perbukitan. Jika itu terjadi, liang tempat di mana 12 anggota tim sepak bola dan pelatihnya bisa terendam sepenuhnya.
Advertisement