Nelayan Cirebon Banting Setir Jadi Kuli Gara-Gara Gelombang Tinggi

Sekitar 350 perahu nelayan Cirebon terpaksa disandarkan setelah wilayah perairan di sana dilanda gelombang tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jul 2018, 21:02 WIB
Nelayan Cirebon memarkir kapalnya sambil memikirkan bagaimana cara melaut setelah kebijakan Menteri KKP Susi Pudjiastuti dikeluarkan. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Nelayan Cirebon, Jawa Barat, beralih profesi sementara menjadi kuli bangunan, kuli aspal dan lainnya karena adanya angin kencang yang menyebabkan gelombang tinggi.

"Saya memiliki 20 orang pekerja di kapal dan mereka memilih bekerja di darat sebagai kuli bangunan, pengaspal dan lainnya," kata seorang nelayan Warkuto di Cirebon, Jumat, 6 Juli 2018, dilansir Antara.

Menurut Warkuto, anak buahnya beralih pekerjaan karena cuaca di perairan Cirebon sedang tidak baik, yakni gelombang tinggi dan angin kencang. Kapal para nelayan, lanjut Warkuto, saat ini semuanya hampir disandarkan di muara sungai karena tidak bisa melaut.

Di sungai yang berbatasan langsung dengan Laut Cirebon itu, terlihat ratusan perahu nelayan yang bersandar dan tidak dioperasikan. Perahu berjajar dari muara sungai, hingga wilayah yang paling dangkal.

"Jumlahnya sekitar 350 perahu," tuturnya.

Sementara itu, Warkuto lebih memilih untuk memperbaiki jaring yang biasa ia gunakan, karena angin saat ini cukup kencang. Kondisi tersebut cukup membahayakan nelayan kecil seperti dirinya.

Angin yang kencang, kata Warkuto, akan berpengaruh terhadap arus yang cukup kencang. Ketika ia memaksakan menangkap ikan dengan kondisi angin kencang, sangat besar kemungkinannya perahunya tidak kuat untuk menahan dan membuatnya terbalik.

Di tempat yang sama nelayan lain, Tohari mengatakan angin kencang yang melanda Cirebon saat ini, membuatnya juga memilih bersandar dibanding melaut.

"Kalau angin kencang seperti saat ini susah juga untuk menangkap ikannya," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya