Liputan6.com, Jakarta Pakar Inovasi Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Fithra Faishal Hastadi menilai dampak perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China berisiko pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Di tingkat global, perang dagang ini pun dapat memicu pelemahan ekonomi dunia.
"Ya dampaknya terhadap perekonomian dunia akan sangat negatif. Tidak hanya berdampak pada China dan Amerika dan Indonesia saja, melainkan sleuruh dunia," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (7/7/2018).
Advertisement
Fithra mengatakan, akibat dari kedua negara tersebut setidaknya bisa berdampak ke pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,8 persen. Sementara target dari International Monetary Fund (IMF) sendiri sebesar 3,9 persen pada pertumbuhan ekonomi dunia.
"Kemungkinan besar dengan adanya proses perang dagang ini akan ada retaliasi dan lain lain, artinya maksimal pertumbuhannya hanya bisa sampai 3,1 persen," ujarnya.
Meski demikian, dia mengatakan imbas dari perang dagang sendiri terhadap Indonesia tidak begitu besar. Walaupun ada, kata dia, hanya mengkontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,1 persen saja.
"Untuk indonesia sendiri sebenarnya karena kita kontribusi perdagangan internasional itu gak terlalu besar mungkin tidak ada efek langsung," imbuh dia.
Meski tidak berimbas langsung terhadap pertumbuhan Indonesia, namun dirinya mengaku khawatir apabila hal tersebut berlangsung secara terus menerus dilakukan oleh kedua negara tersebut. Untuk itu, dia menyarankan pemerintah agar mencari partner perdagangan dengan negara lain.
"Tetapi yang kita takutkan jsutru dampak jangka panjangnya karena biar bagaimanapun China dan Amerika adalah partner dagang terbesar kita dan koneksinya cukup kuat makanya ke depan seharusnya indonesia sudah mencari portofolio lebih banyak artinya mencari partner dagang non tradisional," jelas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Perang Dagang AS-China Dikhawatirkan Picu 2 Produk Ini Banjiri RI
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi memulai perang dagang dengan China. AS memberlakukan tarif pada produk-produk impor China senilai USD 34 miliar, mulai Jumat (6/7/2018).
Bahkan, Trump telah mengancam akan mengenakan tarif tambahan menjadi USD 500 miliar jika China melakukan perlawanan berupa pemberlakuan tarif balasan.
Menanggapi itu, Direktur Jenderal Ketahanan Industri dan Pengembangan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan mengaku khawatir dampak dari perang dagang yang terjadi antara kedua negara tersebut.
Terlebih banyaknya barang ekspor yang akan masuk ke Indonesia. "Yang dikhawatirkan dari perang dagang itu kan luberan (ekspor) ke sini. Jadi kalau mereka saling tahan menahan barang itu biarkan saja tapi kita khawatirkan adalah luberan ke sini," ujarnya dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).
"Melalui berapa pertemuan di Kemenko Perekonomian, ada dua industri yang Pak Menteri (Airlangga) sangat konsen yaitu baja dan keramik yang dikhawatirkan itu jangan sampai terjadi luberan akibat terjadi perang dagang itu," tambah dia.
Lebih jauh dia mengatakan, upaya mengantisipasi dampak dari perang dagang tersebut maka akan segera dilakukan rapat koordinasi antara kementerian/lembaga terkait yang akan dilangsungkan di Kementerian Perekonomian. Hal itu sebagai tindak lanjut dari ancaman kedua negara itu.
"Besok Minggu akan ada pertemuan di Kemenko Perekonomian kemudian beberapa rekan rekan media bisa hadir di Kemenko Perekonomian Minggu sore, karena pertemuannya dilakukan di sana. Tapi setiap kementerian akan diminta membawa bahan bahannya untuk mengantisipasi ini," kata Putu.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement