Liputan6.com, Jakarta - Hari-hari ini, pemberitaan berbagai media nasional di halaman bisnis atau ekonomi, tidak jauh dari cerita tentang kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Pelemahan rupiah terhadap the greenback, demikian istilah lain dolar AS, memang mencemaskan. Betapa tidak? Perlahan tapi pasti, otot rupiah terus melemah dan menerbangkan harga dolar AS hingga mendekati Rp 14.500.
Dalam setahun terakhir, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negeri Donald Trump itu sudah melemah sekitar 6 persen. Tak ayal, rupiah yang terus melemah membuat pasar keuangan cukup terguncang. Imbas lain yang juga muncul adalah kejatuhan pasar saham dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga harga-harga reksadana.
Baca Juga
Advertisement
Moneysavers mungkin bertanya-tanya mengapa harga dolar AS terus melambung tinggi. Ada banyak penjelasan yang bisa Anda dapatkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sejauh ini, tercatat beberapa penyebab mengapa otot rupiah terus melemah melawan dolar AS.
Pertama, kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, menaikkan bunga acuan. Perekonomian Negeri Paman Sam yang sempat kolaps satu dekade silam, perlahan terus bangkit dan menunjukkan perbaikan. Angka pengangguran di negeri tersebut terus berkurang hingga ke level 3,8 persen saja, terendah dalam 18 tahun terakhir.
Di sisi lain, daya beli masyarakat Amerika juga terus membaik, terindikasi dari laju inflasi mereka yang merangkak ke kisaran 2 persen. Dua hal itu memberi alasan yang cukup bagi The Fed selaku otoritas moneter di negeri tersebut untuk menempuh kebijakan kenaikan bunga acuan untuk mengendalikan perekonomian.
Baca juga: Dolar terus melemah, ini pendapat dua ekonom
The Fed masih berpeluang mengerek lagi bunga acuan
Kenaikan bunga The Fed sudah terjadi dua kali selama semester 1 tahun 2018. Para analis ekonomi memprediksi, The Fed masih berpeluang mengerek lagi bunga acuan mereka di sisa tahun ini.
Bunga acuan AS yang meningkat tak ayal membuat dana para pemodal global terpikat dengan aset dolar AS. Dana pemodal asing yang tadinya parkir di pasar negeri berkembang (emerging markets) seperti Indonesia, angkat kaki memburu aset dolar AS. Inilah yang membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS. Sebenarnya bukan hanya rupiah, sih, yang tertekan oleh dolar AS. Hampir semua mata uang di dunia melemah melawan dolar AS.
Kedua, meningkatnya ketidakpastian global buntut dari memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Ketegangan hubungan AS dan China berawal dari langkah Donald Trump, presiden AS, mengenakan tarif impor bagi berbagai produk China senilai USD 50 miliar. Ini dilakukan Trump menyusul kenaikan tingkat defisit perdagangan AS terhadap China yang menembus USD 375 miliar pada tahun 2017.
Langkah berani Trump itupun dikecam oleh China. Maklum, Amerika saat ini adalah pasar utama produk China di mana nilai ekspor China ke Amerika Serikat mencapai 19 persen, terbesar dibandingkan ekspor mereka ke negara-negara yang lain.
Alhasil, sebagai langkah tandingan, China pun membalas AS dengan mengenakan tarif impor baru bagi 128 produk dari AS dengan nilai total sekitar USD 3 miliar. Dunia pun terantuk ketidakpastian baru akibat perang dagang dua negara besar itu.
Ketiga, kondisi defisit neraca perdagangan di mana nilainya mencapai USD 2,83 miliar hingga bulan Mei year-to-date. Cadangan devisa juga terus tergerus karena tekanan terhadap rupiah yang terus menerus berlangsung.
Tiga faktor tersebut membuat otot rupiah melemah cukup signifikan terhadap dolar AS. Bagi para pengusaha, pelemahan rupiah yang terus berlanjut mau tidak mau akan diikuti dengan penyesuaian harga jual produk mereka.
Terlebih bila bahan baku produk banyak yang harus dibeli dari luar negeri memakai dolar AS. Risiko inflasi atau kenaikan harga akibat faktor rupiah pun menjadi semakin besar.
Advertisement
Tips Bepergian ke Luar Negeri Saat Dolar Mahal
Nah, bila Anda saat ini tengah berencana pergi ke luar negeri untuk liburan atau keperluan, tentu saja mahalnya dolar AS bisa memengaruhi kecukupan anggaran.
Namun jangan khawatir, masih banyak jurus yang dapat Anda tempuh supaya harga dolar AS yang kian mahal tidak memberatkan isi kantong. Sehingga acara bepergian ke luar negeri pun bisa Anda lakukan dengan nyaman sesuai rencana.
Simak beberapa tips ala HaloMoney.co.id berikut ini:
1. Ubah negara tujuan
Apabila masih memungkinkan untuk mengubah tujuan negara yang akan Anda kunjungi, mengapa tidak? Anda bisa memilih bepergian ke negeri-negeri di mana nilai tukar mata uang mereka terhadap rupiah tidak terlalu mahal atau masih terjangkau oleh isi kocek. Langkah ini paling masuk akal ketimbang memaksakan pergi dengan kondisi anggaran traveling yang mepet.
Masih banyak, kok, negeri tujuan lain yang menarik untuk destinasi wisata. Misalnya, negeri-negeri di kawasan Asia Timur, Asia Selatan, dan lain sebagainya. Bila ingin sedikit lebih jauh ke benua Eropa atau Amerika, Anda bisa menimbang ke negeri yang tidak memakai dolar AS sebagai mata uang utama.
2. Atur ulang budget dan iterinary
Bagaimana bila destinasi traveling sudah tidak bisa diubah? Tiket pergi pulang sudah dibeli. Jadi, dolar mahal atau murah, akan mubazir bila Anda tidak jadi berangkat. Tenang, Anda masih bisa berhemat dengan mengecek lagi pengaturan budget selama bepergian dan penyesuaian iterinary.
Anggaplah tadinya Anda hendak berkeliling hingga ke 10 tempat selama sekian hari di tempat tujuan tersebut. Anda bisa mengubahnya menjadi 6 tujuan saja sehingga kebutuhan pengeluaran selama di negara tujuan bisa kamu kurangi.
3. Manfaatkan promo kartu kredit
Promo kartu kredit bisa cukup membantu penghematan bila Anda jeli memanfaatkannya. Jadi, sebelum berangkat Anda bisa mengecek apa saja promo yang dapat digunakan selama di negeri asing. Biasanya, penerbit kartu kredit memiliki program khusus yang berisi promo-promo spesial untuk transaksi di luar negeri.
4. Manfaatkan jaringan pertemanan
Anda punya teman baik di tempat tujuan? Mengapa tidak mencoba menghubunginya? Siapa tahu teman Anda bisa membantu keperluan selama di negeri asing. Mulai dari penginapan hingga tour guide. Jadi, selain reuni alias kangen-kangenan, Anda juga bisa menghemat biaya penginapan.
Advertisement
5. Siapkan uang tunai
Ketika di negeri asing, akan lebih baik bila Anda sudah menyiapkan berbagai keperluan selama di tempat tujuan. Termasuk kebutuhan uang tunai. Pasalnya, bila Anda terlalu sering ke tempat penukaran uang atau money changer, belum tentu bisa mendapatkan rate atau harga yang ramah alias murah.
Selain itu juga, tidak efektif menunjang aktivitas transaksi yang cepat. Jadi, siapkan kebutuhan uang tunai secukupnya. Bila memang Anda punya kartu kredit yang bisa menunjang transaksi dengan rate murah, Anda bisa memanfaatkan hal tersebut.
6. Jangan sepelekan pengaturan telpon
Ketika di luar negeri, jangan lupa mengatur ponsel supaya tagihannya tidak membengkak akibat roaming atau konsumsi data internet yang mahal. Anda bisa memanfaatkan paket komunikasi di luar negeri yang khusus untuk pemakaian di mancanegara.
Dengan berbagai jurus itu, acara Anda bepergian ke luar negeri bisa tetap asyik walaupun harga dollar tengah mahal.