Liputan6.com, Prefektur Okayama - Meski telah berhenti, namun dampak dari guyuran hujan lebat yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, memicu bencana banjir dan tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 126 orang di wilayah barat daya Jepang.
Menurut Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana negara itu, setidaknya 27 orang masih dilaporkan hilang sejak akhir pekan lalu.
Dengan dicabutnya peringatan hujan lebat, Pemerintah Jepang mengubah fokusnya untuk upaya pencarian dan penyelamatan. Polisi, departemen pemadam kebakaran dan militer terus melakukan proses evakuasi di wilayah-wilayah yang paling parah terkena dampak bencana.
"Kami akan bersatu, bergerak cepat, dan berkoordinasi erat dengan pemerintah lokal untuk menemukan seluruh korban hilang, serta mengupayakan evakuasi menyeluruh," kata Perdana Menteri Shinzo Abe dalam sebuah pertemuan dengan gugus tugas tanggap bencana, sebagaimana dikutip dari CNN pada Selasa (10/7/2018).
PM Abe menegaskan bahwa pihaknya segera meningkatkan fasilitas pusat-pusat evakuasi dan perumahan sementara bagi para korban.
Baca Juga
Advertisement
Otoritas Jepang melaporkan bahwa ribuan rumah rusak, dan hampir 17.000 rumah tangga kehilangan pasokan listrik sejak akhir pekan lalu. Sinyal telekomunikasi juga dkabarkan mengalami gangguan di beberapa titik bencana, mengakibatkan komunikasi antar personal terhambat.
Di lain pihak, upaya perbaikan disebut semakin rumit karena beberapa ruas jalan dan rel kereta rusak, sehingga menghambat mobilitas regu penyelamat dan distribusi bantuan.
Dua juta orang dikabarkan mengungsi ke pusat penampungan sementara. Namun, masih cukup banyak di antara mereka yang terjebak banjir bandang, memilih menyelamatkan diri di atap rumah, menunggu giliran evakuasi via helikopter dan perahu karet.
Di Distrik Kurashiki di dekat Okayama, tentara Jepang dikerahkan untuk membawa warga lanjut usia dari rumah mereka ke kapal penyelamat. Banjir di wilayah itu dilaporkan masih tinggi, dan kemungkinan baru surut dalam 1 hingga 3 hari ke depan.
Simak video pilihan berikut:
Rekor Curah Hujan Tertinggi
Menurut Badan Meteorologi dan Klimatologi setempat, hujan deras melanda kawasan barat daya Jepang sejak Kamis, 5 Juni 2018.
Curah hujan dilaporkan mencapai titik rekor tertinggi dalam sejarah Jepang pada Minggu, 8 Juni lalu, dengan dampak sampingan berupa banjir, longsor, dan petir hebat. papar
Otoritas telah mengimbau evakuasi sejak beberapa hari sebelumnya. Namun, banyak warga yang tidak menghiraukan imbauan tersebut sehingga menyebabkan tingginya jumlah korban.
Saat ini banjir mulai surut di beberapa titik, namun warga diimbau untuk tidak keluar dari lokasi pengungsian, atas alasan apapun, hingga pemerintah memastikan status siaga bisa dicabut.
Advertisement