Liputan6.com, Jakarta - Monas dan ondel-ondel mungkin sangat populer di Jakarta. Keduanya memang dijadikan sebagai maskot Ibu Kota. Tapi, pernahkah Anda mendengar elang bondol atau salak Condet?
Masyarakat Jakarta mungkin tidak mengenal elang bondol dan salak Condet. Padahal, keduanya dinobatkan menjadi maskot Jakarta pada 1989 silam.
Advertisement
Namun kini, elang bondol dan salak Condet sudah sulit ditemui. Elang bondol sudah tidak bisa hidup di perkotaan Jakarta yang sudah dipenuhi gedung tinggi.
"(Elang bondol) Itu udah enggak musim, di kota udah kaga (tidak) ada karena itu di pesisir, di kota udah banyak gedong tinggi, elang bondol enggak bisa itu," ujar Budayawan Betawi Ridwan Saidi kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Menurut Ridwan, dirinya tidak mengerti sampai elang bondol tersebut dijadikan sebagai maskot Jakarta.
"Ada lah orang yang ngomong maskot Jakarta tuh elang bondol. Elang bondol tuh pesisir, sekarang banyak gedong tinggi, ilang tuh elang bondol, enggak bisa dia nabrak gedong," kata dia.
Begitu pula dengan salak Condet. Menurutnya, sudah sangat sulit menemui makanan yang dijual terbatas di kawasan Condet, Jakarta Timur.
"Salak condet udeh kaga (sudah tidak) musim deh. Gini hari kok maskot salak condet, kapan majunya Betawi?" jelas Ridwan.
Ridwan menegaskan, dirinya hanya setuju jika ondel-ondel dijadikan sebagai maskot Betawi di Jakarta.
Hidup Elang Bondol dan Salak Condet
Elang Bondol adalah nama burung yang bernama latin Haliastur Indus. Ia termasuk keluarga burung pemangsa. Namun dalam rantai makanan, elang itu pun menjadi mangsa predator lain seperti biawak.
Habitatnya kebanyakan di pantai, daratan berair, hutan, maupun dataran rendah. Saat ini, elang bondol harus bertahan di pulau-pulau kecil Jakarta, yaitu Kepulauan Seribu. Mereka ada di Pulau Kotok dan Pulau Pramuka.
Sedangkan salak Condet dahulu banyak ditemukan di kawasan Condet, Jakarta Timur. Namun kini salak Condet seolah tinggal kenangan, karena Condet sendiri sudah jadi pemukiman padat penduduk.
Kulit buah salak condet bersisik agak besar dan berwarna cokelat sampai kehitaman, dan dagingnya putih kekuningan tebal, masir, dan kesat. Rasa salak ini juga bervariasi, dari kurang manis sampai manis.
Salah satu keistimewaan salak Condet adalah aromanya yang wangi. Bahkan, wangi salak sudah tercium dari jarak sekitar dua meter. Ukuran buahnya bervariasi dari kecil, sedang, hingga besar.
Keputusan Gubernur
Sebelumnya, berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 1796 Tahun 1989 menetapkan salak Condet (Salacca zalacca) dari jenis flora dan burung elang bondol (Haliastur Indus) dari jenis fauna sebagai identitas atau maskot Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Menurut keputusan itu salak Condet yang penyebarannya hanya terbatas di kawasan Cagar Budaya Condet, Jakarta Timur, memiliki nilai kekhasan.
Sementara elang bondol yang penampilannya menarik serta punya kemampuan terbang prima dan ketajaman mata dalam mencari mangsa merupakan simbol warga Jakarta yang dinamis, tangkas, dan cepat bertindak.
Keputusan yang ditetapkan oleh Gubernur Wiyogo Admodarminto pada 29 Desember 1989 itu ditujukan untuk meningkatkan rasa memiliki dan menanamkan kebanggaan terhadap salak Condet dan burung elang bondol sebagai plasma nutfah.
Kebijakan itu juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat berperan aktif dalam upaya melestarikan keberadaannya.
Saksikan tayangan video menarik berikut ini:
Advertisement