Survei LSI Denny JA: Elektablitas Jokowi Usai Pilkada Serentak Naik

Kenaikan elektabilitas tersebut tidak begitu dipengaruhi hasil pilkada, meski calon gubernur terpilih di wilayah Jawa terafiliasi dengan Jokowi.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jul 2018, 14:53 WIB
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) didampingi Menpora, Menteri PUPR, Kepala Bekraf, dan Ketua Inasgoc meninjau sejumlah venue Asian Games 2018 di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (25/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Elektabilitas capres petahana Joko Widodo atau Jokowi terus meningkat usai Pilkada Serentak 2018. Dalam survei LSI Denny JA bulan Juli, elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu naik menjadi 49,30 persen dari 46 persen pada Mei.

"Ada tren kenaikan elektabilitas Jokowi sebagai petahana setelah pilkada. Namun, sebagai petahana masih di bawah 50 persen, tidak terlalu baik," ujar peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby saat memaparkan hasil survei di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7/2018).

Survei nasional dilaksanakan setelah pergelaran Pilkada Serentak 27 Juni 2018, dari 28 Juni sampai 5 Juli. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden 1.200 orang. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Survei ini juga dilengkapi dengan focus group discussion, analisis media, dan wawancara mendalam.

Adjie menuturkan kenaikan elektabilitas tersebut tidak begitu dipengaruhi hasil pilkada, meski calon gubernur terpilih di wilayah Jawa terafiliasi dengan Jokowi. Menurutnya, kenaikan itu tak lain berkat persepsi terhadap kinerja semata.

"Memang ada sejumlah daerah yang istilahnya calon Jokowi menang dan itu daerah besar Jabar Jateng Jatim. Namun kalau kita lihat terhadap elektoral Pak Jokowi sebetulnya ada impact-nya tapi tidak terlalu signifikan," jelas Adjie.

Kenaikan elektabilitas tersebut belum aman bagi Jokowi lantaran baru mengantongi elektabilitas di bawah 50 persen. Adjie menjelaskan mengapa lonjakan tersebut tidak terlalu besar karena masyarakat masih memiliki persepsi kurang dalam isu ekonomi.

"Isu ekonomi, publik tidak terlalu puas dalam bidang ekonomi, dalam infrastruktur memang oke, tapi tidak berdampak langsung. Yang diinginkan publik hal mendasar seperti sembako, masyarakat merasakan lebih sulit. Kedua lapangan kerja, persepsi publik kepada Jokowi rendah. Isu ini mengapa elektabilitas tidak signifikan naik," jelasnya.


Elektabilitas Lawan Jokowi

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada sosialisasi PPh final UMKM di Sanur, Sabtu (23/6). Mengenakan pakaian adat Bali, Jokowi mensosialisasikan penurunan tarif pajak PPh kepada lebih dari seribu pelaku usaha. (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Sementara, elektabilitas lawan Jokowi cenderung stagnan. LSI Denny JA menggabungkan elektabilitas calon lawan Jokowi. Pada Mei, elektabilitas gabungan itu 44,70 persen, sedangkan pada Juli, hanya naik menjadi 45,20 persen.

"Elektabilitas lawan Jokowi cenderung stagnan. Ini gabungan calon penantang Jokowi yang kita kumpulkan ada Prabowo, Anies, AHY, Muhaimin, dan nama lain kita uji dan hasil kita kumpulkan," kata Adjie.

Temuan lainnya, pemilih yang menentukan pilihannya cenderung menurun. Pada Mei, jumlah pemilih yang belum menentukan sebanyak 9,30 persen. Adapun pada Juli, turun menjadi 5,50 persen.

Reporter: Ahda Baihaqi

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya