Pesona Kain Tenun Indonesia Pikat Para Kolektor Dunia

Salah satu kolektor dunia yang jatuh cinta pada pesona kain tenun Indonesia adalah John Yu, seroang pria keturunan China yang pindah ke Australia sejak usia tiga tahun.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 10 Jul 2018, 20:00 WIB
Proses pembuatan kain tenun di Yogyakarta pada tahun 1880 (Arsip Foto National Gallery of Australia)

Liputan6.com, Jakarta - Pesona kain tenun Indonesia memang mampu menghipnotis mata dunia. Tak hanya pengrajin dari Tanah Air, para kolektor dan pecinta seni dari mancanegara pun juga mampu dibuat terpana oleh keindahannya.

Terdiri dari 34 provinsi dan ribuan pulau, membuat Indonesia punya keragaman budaya, salah satunya kain tenun. Ada berbagai macam jenis tenun di Indonesia, mulai dari ulos, gringsing, buna insana, sumba, toraja, lurik dan lain-lainnya.

Salah satu kolektor dunia yang jatuh cinta pada pesona kain tenun Indonesia adalah John Yu, seorang pria keturunan China yang pindah ke Australia sejak usia tiga tahun.

Dalam persiapan pameran kain tenun bertajuk Encounters with Bali: A Collector's Journey, John Yu bersama pembicara lain melakukan sharing sessions dan berbagi pengalaman di hadapan sejumlah praktisi museum di Indonesia.

Acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia ini berlangsung di Museum Tekstil Jakarta.

Suasana sharing sessions pameran kain tenun bertajuk Encounters with Bali: A Collector's Journey di Museum Tekstil Jakarta (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

"Sejak kecil, saya sudah memiliki hobi untuk menyimpan benda-benda unik, seperti prangko dan lainnya. Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan ke kota Sydney, saya melihat ada selendang biru yang begitu indah. Akhirnya saya memberanikan diri untuk masuk dan bertanya pada pemilik toko," ujar pria kelahiran Nanking, China tersebut.

"Oleh sang pemilik toko saya dijelaskan seputar kain tenun yang rupanya berasal dari pulau Sawu tersebut. Teknik pembuatan kain tenun belum pernah saya pernah. Saya sangat tertarik karena tingkat kerumitannya," tambah Jhon Yu.

Antusias praktisi museum saat menghadiri sharing sessions pameran kain tenun bertajuk Encounters with Bali: A Collector's Journey di Museum Tekstil Jakarta (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Lewat pengalaman itu pula John Yu mulai tertarik akan Indonesia. Ia pun mempelajari sejarah dan jenis-jenis kain tenun yang banyak jenisnya di Indonesia.

"Sebagai seorang kolektor, saya punya kesempatan yang sangat luar biasa dibanding para pedagang yang menjual kain-kain tenun. Sebab saya bisa sekalian berkeliling ke setiap daerah dan bertemu langsung dengan pembuat kerajinan tersebut," jelas John Yu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Museum Australia Tampilkan Kain Tenun

Kain tenun Sekomandi, tenun Donggala, songket Deli, dan batik Jambi. Foto: Hidya Anindyati

Tak hanya John Yu, pembicara lain yang hadir dalam pameran kain tenun bertajuk Encounters with Bali: A Collector's Journey adalah Katrina Cashman, Assistant Art Gallery Director di Mosman Art Gallery.

Mosman Art Gallery (MAG) adalah galeri publik yang merupakan pusat seni visual utama wilayah Sydney Utara, Australia. Dalam 15 tahun sejak didirikan sebagai galeri regional, MAG telah menyajikan lebih dari 200 pameran, rata-rata antara 10 sampai 14 pameran per tahun.

"Pameran bertajuk Encounters with Bali: A Collector's Journey yang akan segera di buka di Museum Tekstil Jakarta telah menjadi impian kami selama empat tahun terakhir," ujar Katrina Cashman.

"Karya seni yang ditampilkan dalam galeri ini lebih berfokus pada seni yang ada di ASEAN, salah satunya adalah kain tenun Indonesia," tambahnya.

Untuk menggantung kain tenun punya teknik sendiri, Katrina Cashman mengakui jika ia tidak menggunakan jarum saat menggantungkan kain di dinding. Sebab, itu akan merusak kain.

"Kain tenun yang kami pamerkan menggunakan magnet, sehingga hasil karya ini tidak akan rusak," kata Katrina Cashman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya