Liputan6.com, Yehud - Pada Februari 2019, pesawat antariksa milik Israel dijadwalkan akan mendarat di permukaan Bulan. Namun, bukan pihak badan antariksa negeri zionis atau ISA yang mengirimkannya, melainkan sebuah organisasi nirlaba.
SpaceIL, nama organisasi tersebut, mengungkapkan bahwa pesawat antariksa itu akan diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Desember 2018.
Seperti dikutip dari BBC News, Selasa (10/7/2018), pesawat antariksa tersebut akan digendong roket Falcon 9 milik perusahaan SpaceX kepunyaan Elon Musk.
Baca Juga
Advertisement
Sesampainya di Bulan, instrumen dalam pesawat tersebut dirancang untuk menancapkan bendera Israel di permukaan satelit alami Bumi tersebut dan meneliti medan magnetnya.
Proyek SpaceIL dimulai sebagai bagian dari Google Lunar XPrize, yang menawarkan hadiah total US$ 30 juta untuk menginspirasi orang agar mengembangkan metode eksplorasi robotik di angkasa luar dengan biaya serendah mungkin.
Namun, hingga kompetisi tersebut berakhir pada Maret 2018, belum ada yang memenangkan hadiah sebesar US$ 20 juta yang seharusnya diberikan pada program pendaratan di Bulan.
Meski sempat mengalami kemunduran, SpaceIL terus mengembangkan pesawat antariksanya, yang dibangun dengan menggandeng Israel Aerospace Industries (IAI), perusahaan milik pemerintah Tel Aviv.
Sejauh ini, proyek tersebut telah menghabiskan dana sebesar US$ 8,8 juta, sebagian besar diperoleh dari miliarder Israel kelahiran Afrika Selatan, Morris Kahn.
Dalam konferensi pers yang digelar di Kota Yehud, Selasa kemarin, Ido Anteby, CEO SpaceIL mengatakan, pesawat antariksanya akan jadi wahana terkecil yang akan mendarat di Bulan.
Diameternya sekitar 2 meter, dan tinggi 1,5 meter. Bobotnya pun relatif ringan yakni 585 kilogram -- 400 kilogram di antaranya adalah bahan bakar yang akan terbakar tatkala pesawat tersebut mendarat di Bulan.
Pesawat antariksa itu adalah sebuah "hopper", yang akan mendarat dan kemudian lepas landas lagi dengan bahan bakar yang tersisa dalam sistem propulsi.
Wahana tersebut juga akan melakukan pendaratan kembali sejauh 500 meter dari titik pertama, seperti yang disyaratkan XPrize.
Saksikan video soal misi Israel ke Bulan berikut ini:
Tujuan Besar
Jika berhasil, misi SpaceIL akan menjadikan Israel negara keempat di dunia yang berhasil mendaratkan pesawat antariksa di permukaan Bulan -- setelah Uni Soviet, Amerika Serikat, dan China.
Sang miliarder, Morris Kahn berharap, misi tersebut akan menciptakan "efek Apollo" (Apollo effect) untuk generasi berikutnya di Israel.
Apollo effect merujuk pada istilah antusiasme generasi muda terhadap sains, teknologi, teknik dan matematika yang dipicu keberhasilan astronot NASA Neil Amstrong menjejakkan kakinya di Bulan pada 1969.
"Ini adalah proyek yang luar biasa," kata Kahn. "Ketika roket diluncurkan ke angkasa luar, semua akan mengingat, momentum Israel mendarat di Bulan."
Sementara, Ofer Doron, kepala divisi angkasa luar IAI mengatakan, "Israel akan menunjukkan jalan bagi seluruh dunia" soal bagaimana mengirimkan pesawat angkasa luar ke Bulan dengan biaya terjangkau.
Wakil Israel, SpaceIL bukan satu-satunya yang siap berlaga. Ada tim lain yang melawannya untuk memenangkan Google Lunar XPrize yakni Moon Express dari AS, Team Indus dari India, Hakuto asal Jepang, dan Synergy Moon, sebuah tim internasional atau gabungan beberapa negara.
Advertisement