Liputan6.com, Jakarta - Potensi industri gim di Indonesia diprediksi semakin besar. Menilik data dari Newzoo pada 2017, disebutkan revenue industri gim tanah air mencapai US$ 880 juta (setara dengan Rp 12 triliun).
Hanya saja, nilai sebanyak itu masih dinikmati oleh pengembang gim luar negeri.
Baca Juga
Advertisement
"Masalahnya, seberapa banyak porsi yang didapatkan para pengembang di Indonesia? Itu jumlahnya kecil. Baru mencapai satu digit atau satu persen saja," ungkap Narendra Wicaksono, Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) di Jakarta, Selasa (10/7/2018) sebagaimana dilansir Merdeka.com.
Mengapa begitu? Menurut Operational Manager AGI, Jan Faris Majo, ada beberapa penyebab porsi para pemain lokal hanya mendapat 'kue' satu persen saja.
Pertama, soal kualitas para pengembang lokal yang masih jauh dibandingkan dengan sumber daya manusia di luar negeri.
"Harus diakui, kita belum bisa menyaingi kualitas sumber daya manusia pengembang global saat ini," jelasnya.
Soal Pemasaran
Kemudian yang kedua adalah soal pemasaran. Soal pemasaran ini kerap menjadi batu sandungan bagi para pengembang gim.
Maklum, budget para pengembang gim lokal sangat terbatas. Sehingga, mereka hanya fokus memasarkan gimnya melalui media sosial.
"Masih sedikit, perusahaan yang dedicated untuk mengeluarkan budget kampanye marketing mereka. Rata-rata mereka masih pakai sosial media," terangnya.
Advertisement
Upaya Tingkatkan Revenue
Meski begitu, ia mengakui untuk mencoba meningkatkan kue revenue bagi para pengembang gim lokal.
Sama seperti halnya melakukan kegiatan-kegiatan promosi untuk pengembang bekerja sama dengan pemangku kepentingan.
Dengan cara ini, setidaknya berharap hasil karya pengembang gim nasional mampu dikenal masyarakat.
"Target tertentu untuk menaikan belum ada angka yang spesifik. Tapi kita mencoba 2 digit atau di atas 10 persen dalam waktu 3-5 tahun," jelas Jan menutupkan.
Reporter: Fauzan Jamaludin
Sumber: Merdeka.com
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: