Liputan6.com, Phnom Penh - Pemerintah Kamboja baru saja menangkap para peretas yang berusaha masuk ke sistem komputer pada beberapa institusi utama di negara tersebut.
Menurut analisis sebuah perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat (AS), Phnom Penh menuding aksi peretasan tersebut sebagai serangan terkoordinasi pemerintah China menjelang pemilu presiden, yang dijadwalkan berlangsung bulan ini.
Penyelidikan yang dilakukan FireEye Inc menyimpulkan bahwa Komite Pemilu Nasional Kamboja, Senat, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Ekonomi; semuanya telah diretas, bersamaan dengan kantor-kantor diplomat asing, institusi media dan tokoh-tokoh oposisi.
"Kami memperkirakan kegiatan ini membuat pemerintah China mendapatkan pandangan yang luas atas pemilu Kamboja dan operasi pemerintah," ujar laporan resmi perusahaan itu, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Rabu (11/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Selain itu, kelompok tersebut jelas mampu menjalankan sejumlah tindakan mengganggu berskala besar secara bersamaan, yang memakan banyak korban," ia melanjutkan.
Rakyat Kamboja akan melangsungkan pemilu pada 29 Juli mendatang setelah pembubaran Partai Penyelamat Nasional Kamboja, CNRP, di mana menjadi satu-satunya pesaing setara Partai Rakyat Kamboja CPP yang berkuasa.
Simak video pilihan berikut:
Bukti-Bukti Menunjuk ke Wilayah China
Sejak memulai penyelidikan pada 2013, FireEye menemukan seperangkat piranti berbahaya atau "malware’", yang menargetkan tokoh dan institusi politik Kamboja, setidaknya sejak April 2017.
Paket "malware" bernama TEMP.Periscope itu disebar di sembarangan server yang dapat diakses publik. Hal itu memungkinkan FireEye mengamati log atau daftar catatan penggunaannya.
Daftar itu mengungkap "sasaran, strategi operasional, dan sejumlah besar atribusi teknis yang divalidasi".
"Informasi tersebut mencakup bukti bahwa para penyerang beroperasi dari lokasi-lokasi di China, menggunakan sistem bahasa komputer setempat, dan diketahui berperilaku konsisten dengan praktik-praktik spionase dunia maya," ujar juru bicara FireEye.
Hal ini semakin memperkuat keyakinan FireEye bahwa piranti, yang dikatakan sebelumnya, telah digunakan untuk melawan target maritim terkait klaim sensitif Negeri Tirai Bambu terhadap Laut China Selatan, telah dipasang oleh Beijing.
Advertisement