Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bertahan di atas level Rp 14.300 per USD. Angka ini jauh melampaui target pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 13.400 per USD.
"Psikologisnya masyarakat Indonesia menghadapi kondisi sekarang kalau saya ketemu teman-teman, itu mereka beli dolar," ujar Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri, di Hotel Milenium, Jakarta, Rabu (11/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
Saat kondisi rupiah terpuruk pemerintah harus semakin gencar mengkampanyekan cinta rupiah. Tujuannya, masyarakat tidak berbondong-bondong membeli dolar di tengah tren pelemahan rupiah. "Terlepas dari masa lalu, (sekarang) tidak ada yang namanya gerakan cinta rupiah," kata Faisal.
Faisal melanjutkan, kampanye cinta rupiah juga harus disampaikan kepada pejabat. Sebab, masih banyak pejabat di Indonesia yang cenderung berternak dolar (menyimpan dolar dalam jumlah besar).
"Lebih parahnya di Indonesia pejabat elit itu berternak dolar. Saya ingat Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dulu tapi, sekarang mudah-mudahan tidak, kekayaannya 64 persen dolar. Buat apa sih pejabat itu berternak dolar?," katanya.
Aksi Nyata
Dia menambahkan, pemerintah Jokowi-JK juga jangan terus menerus hanya mendorong Bank Indonesia melakukan stabilitas. Aksi nyata harus dilakukan dengan mengajak para menteri turut melakukan langkah kecil berdampak besar.
"Jangan yang disuruh berjuang BI terus. Ini masalah bangsa, ditambah lagi korupsi pakai dolar. Saya pernah ikut pilkada dapat donasi, ngasihnya dolar. Pak Jokowi kekayaan dolar nya praktis tidak ada. Dia bisa mengimbau menteri-menterinya," tandasnya.
Seperti diketahui, adapun penyebab pelemahan nilai tukar ini karena The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali sejak awal tahun. Pertama pada 22 Maret 2018 sebesar 25 bps dan kedua pada 14 Juni 2018 lalu sebesar 25 bps. Saat ini, bunga The Fed berada pada angka 2 persen.
Kenaikan suku bunga The Fed diprediksi masih akan terjadi sebanyak dua kali hingga akhir tahun 2018. Hal inipun membuat masyarakat beramai-ramai membeli dolar karena menganggap rupiah masih akan tertekan ke depan. Pada saatnya nanti, rupiah kembali dijual ketika harga naik.
Reporter: : Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement