Liputan6.com, New Delhi - Sebuah taman kanak-kanak di New Delhi, India mendapat kecaman dari masyarakat setelah 16 orang siswa di TK tersebut dikurung dalam ruang bawah tanah akibat belum membayar SPP.
Dikutip dari laman BBC.com, Jumat (13/7/2018), insiden pengurungan ke-16 siswa TK berusia antara empat hingga enam tahun itu terbongkar saat sejumlah orangtua korban datang menjemput.
Setibanya di sekolah, para orangtua tidak menemukan anak-anaknya di dalam kelas. Saat dicari tahu, anak-anak ini telah dikurung di ruang bawah tanah.
Baca Juga
Advertisement
Menurut keterangan dari anggota kepolisian, para siswa yang seluruhnya adalah anak perempuan itu telah dikurung sejak pukul 7.30 pagi sampai 12.30 malam waktu setempat.
Dalam kondisi tersebut, para korban harus merasakan suhu ruangan yang panas dan mereka juga menahan haus dan lapar hingga berjam-jam.
Pihak dari taman kanak-kanak tersebut mengaku pada media bahwa mereka telah mengurung ke-16 siswa itu. Itu semua dilakukan lantaran mereka belum membayar SPP.
Meski demikian, saat ditanya lebih lanjut pihak sekolah tak menjawab. Di sisi lain, sejumlah orangtua menyebut bahwa mereka telah membayar SPP, tidak seperti yang dituduhkan pihak sekolah.
"Saya menunjukkan bukti bayar SPP kepada kepala sekolah tetapi ia tidak mengakuinya dan tidak menyesali atas tindakannya itu," kata salah satu orangtua murid.
Hingga kini, pihak kepolisian India belum menetapkan siapa tersangka di balik kejadian ini. Namun pihaknya akan segera menuntaskan kasus yang telah jadi bahan perbincangan banyak orang tu.
"Kami akan dapat menyebutkan orang-orang yang bertanggung jawab atas permasalahan ini setelah penyelidikan berakhir," kata seorang pejabat polisi India.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Diskors Gara-Gara Pakai Gaun ke Sekolah
Jika artikel sebelumnya membahas soal siswa yang dihukum lantaran belum bayar SPP, maka beda dengan kasus yang satu ini.
Dua orang murid laki-laki di SMA Melissa, Texas, Amerika Serikat diskors oleh pihak sekolah lantaran menggunakan gaun anak perempuan saat proses belajar.
Dikutip dari laman Daily Mail, dua siswa laki-laki tersebut diketahui bernama Chris Swkyert (17) dan Rodney Dimasso (18). Keduanya memutuskan mengenakan pakaian perempuan selama satu bulan sebelum kelulusan.
"Saya datang ke sekolah menggunakan gaun karena saya ingin," ujar Dimasso.
"Kala itu saya sedang berjalan di lorong sekolah dan bertemu dengan kepala sekolah. Lalu ia bertanya mengapa saya menggunakan gaun. Kemudian saya mengatakan kepadanya karena saya ingin," tambahnya.
Ketika menjawab pertanyaan itu, sang kepala sekolah langsung meminta agar Dimasso ikut ke ruangannya. Petinggi SMA Melissa, Texas itupun mengatakan apa yang telah ia lakukan sangat menggangu dan wajib dihukum.
"Ia bilang apa yang telah dilakukannya sangat mengganggu hingga akhirnya diskors selama dua hari," ujar Dimasso.
Pria berusia 18 tahun itu tak hanya diam, ia berusaha membela diri dengan mengatakan bahwa penggunaan gaun tidak melanggar aturan sekolah.
Meski begitu, Dimasso tak dapat mengubah segala keputusan yang dijatuhkan pada dirinya.
Bagi Dimasso, aturan berpakaian di sekolah tidak spesifik pada masalah gender karena lebih mengajarkan tentang kebersihan, mencegah gangguan, dan meminimalkan bahaya keamanan.
Hukuman yang diberikan kepada Chris Swkyert dan Rodney Dimasso rupanya banyak dikecam oleh murid lain. Kendati demikian pihak sekolah belum angkat suara soal kasus ini.
Advertisement