Pertamina Gaet UNS Ciptakan Baterai Motor Listrik yang Hemat dan Murah

Pertamina dan UNS Solo berhasil memproduksi Lithium Ion Battery untuk penggerak motor listrik yang hemat dan murah.

oleh Merdeka.com diperbarui 13 Jul 2018, 13:33 WIB
Motor listrik honda. (Honda)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo berhasil memproduksi Lithium Ion Battery (LIB) untuk penggerak motor listrik yang hemat dan murah. Dengan beterai ini, kendaraan bermotor listrik roda dua mampu menempuh jarak 80-100 kilometer hanya dengan biaya Rp 5.000.

"Pertamina mendukung pengembangan energi baru terbarukan sesuai dengan Roadmap Pertamina 2030 dan sejalan kebijakan global untuk menurunkan kadar emisi melalui penggunaan energi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik," ujar Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakosa, usai soft launching di Solo, Jumat (13/7/2018).

Gigih mengatakan, saat ini baterai menjadi isu penting bagi pengembangan kendaraan listrik. Sehingga teknologi pembuatan baterai menjadi bisnis yang strategis. Sebagai BUMN energi, Pertamina akan menjadi produsen baterai kendaraan listrik. Menurutnya, tanpa teknologi pembuatan baterai ini, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produsen negara lain.

Senior Vice President Research & Technology Center, Herutama Trikoranto menambahkan, Battery Cells produk kerja sama Pertamina UNS akan dijadikan battery pack. Baterai tersebut antara lain akan digunakan untuk kendaraan bermotor listrik roda dua.

"Baterai ini merupakan pengembangan battery pack yang sebelumnya, yang dibuat bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya," katanya.

Herutama menguraikan, satu unit battery pack nanti akan memiliki kapasitas 3 kWh untuk motor listrik dengan kekuatan 5 kW. Kekuatan tersebut setara dengan mesin motor dengan pembakaran internal berkapasitas 125-150 cc.

"Kekuatan baterai mampu menjangkau jarak jauh. Untuk produksi selanjutnya Baterai lithion ini akan dikirim ke ITS di Surabaya," jelasnya.

Untuk perbandingannya, jelas Herutama sama dengan jarak tempuh sepeda motor dengan pembakaran internal (ICE, internal combustion engine) yang membutuhkan BBM 2-3 liter. Dengan tarif listrik tertinggi saat ini Rp 1.644,52 per kWh, maka untuk jarak tempuh lebih jauh dengan biaya lebih murah.

"Kendaraan listrik yang didesain menggunakan battery pack itu cukup 2-3 kali pengisian ulang per minggu untuk pemakaian normal di dalam kota," jelasnya lagi.

 


Karya anak bangsa

Herutama mengungkapkan LIB produksi Pertamina UNS ini adalah produk battery Lithium Ion yang pertama karya anak bangsa yang dibuat pada skala demonstration plant yang siap untuk dikomersialisasikan di mana riset formula hingga scale-up dilakukan oleh anak bangsa.

Baterei ini menjadi energi yang ramah lingkungan yang menjadi pengganti energi fosil untuk kendaraan bermotor. Ini juga sejalan dengan agenda pemerintah untuk penggunaan listrik sebagai pengganti kendaraan bermotor ICE pada tahun 2040.

"Baterei ini telah menjadi salah satu dukungan Pertamina untuk energi masa depan karena trend penggunaan energi fosil akan bergeser ke energi baru terbarukan," katanya.

Saat ini Pertamina bekerja sama dengan sejumlah lembaga riset untuk menjawab tantangan industri baterai salah satunya pada peningkatan kapasitas battery lithium ion dan peningkatan aspek keamanannya. Produksi baterai ini akan dikembangkan pada penyimpan energi (Battery Energy Storage System) untuk back-up listrik, stabilisasi frekuensi listrik dan penyimpan listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. Juga sebagai penyimpan energi dari solar PV pada instalasi Penerangan Jalan Umum(PJU), dan sebagainya.

Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatangan MoU antara Pertamina dengan UNS dengan lingkup kerja sama antara lain penelitian dan pengembangan teknologi penyimpanan energi.Rektor UNS Prof Ravik Karsidi menyambut baik kerjasama produksi baterai kerjasama dengan Pertamina tersebut. Ia menilai kerjasama tersebut sangat strategis di era sekarang ini.

"Ini sangat strategis, untuk menyuplai kebutuhan mobil listrik nasional. Apalagi kebutuhan energi seperti ini sangat besar di Indonesia, dari mobil listrik, sepeda motor hingga power bank. Indonesia ini pengguna seluler terbesar di dunia," ucapnya.

Reporter: Arie Sunaryo

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya