Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan mendukung rencana perusahaan swasta merelokasi pabrik ke daerah yang memiliki upah minimum provinsi lebih rendah.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, hal ini dimaksudkan agar biaya operasional dapat ditekan sehingga produksi ekspor meningkat.
"(Rapat) mendetailkan usulan-usulan kementerian untuk mendorong ekspor, terutama yang banyak kita bahas tadi soal perindustrian,” ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (13/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Banyak hal termasuk mendukung relokasi industri yang memang banyak dilakukan industri garmen maupun sepatu dari daerah yang upahnya tinggi. Jadi menteri perindustrian mengusulkan ada dukungan untuk mempermudah relokasi itu," tambah dia.
Darmin mengatakan, inisiatif relokasi pabrik ini dicetuskan oleh perusahaan swasta. Pemerintah akan memberikan dukungan dalam rangka penyediaan maupun penggantian berbagai jenis mesin yang dibutuhkan oleh perusahaan. Namun rencana ini masih dalam tahap pembahasan.
"Itu adalah inisiatif swasta bukan pemerintah yang dorong-dorong. Tapi, kalau dia melakukan itu, dia pasti akan memindahkan mesinnya dan sebagainya. Kalau mesin-mesinnya sudah tua, pemerintah akan membantu restrukturisasinya dengan yang lebih baik, produktif. Kita sedang evaluasi insentifnya itu yang pas apa," kata Darmin.
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut belum dapat merinci daerah industri mana saja yang akan direlokasi.
"Saya enggak usah bilang persis daerahnya. Dari daerah yang UMK atau UMPnya lebih mahal dan daerah UMPnya lebih murah. Tebak saja," tutur dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Ekspor Pakai Kapal Raksasa Tingkatkan Daya Saing Produk RI
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau infrastruktur pelabuhan sekaligus pelepasan ekspor melalui kapal kontainer ukuran raksasa yang mengangkut berbagai komoditas dari Indonesia ke mancanegara dari pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC.
Kapal CMA CGM Tage yang melayani rute langsung atau direct call akan bertolak dari Terminal Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju tujuan akhir Los Angeles, Amerika Serikat. Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya menegaskan, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi poros maritim dunia.
"Keberadaan kapal-kapal terbesar di dunia ini menunjukkan bahwa IPC siap mengelola pelabuhan bongkar muat terbesar di Indonesia. Didukung dengan IT System dan peralatan modern yang ada, kami bekerja seefektif dan seefisien mungkin mendukung peningkatan ekspor,” ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa 15 Mei 2018.
Selain kapal CMA CGM Tage, ada beberapa kapal besar (mother vessel) yang rutin berlabuh di Tanjung Priok, seperti generasi Post – Panamax APL Salalah dan Vessel Pelleas.
Bahkan kapal APL Salalah memiliki kapasitas di atas 10.000 TEUs, dengan bobot hampir 130 ribu GT, dan panjangnya mencapai 347 meter. Rute layanan langsung atau direct-call yang ditawarkan antara lain tujuan Eropa Utara, pantai barat Amerika Serikat, dan Intra-Asia.
"Kapal-kapal ukuran raksasa tersebut menawarkan layanan angkutan barang yang lebih kompetitif dan waktu pengiriman lebih cepat, sehingga berpotensi meningkatkan daya saing produk–produk ekspor Indonesia, khususnya di Amerika Serikat," ujar dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada 2017 surplus sebesar 11,84 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan surplus pada 2016, yang sebesar 9,53 miliar dolar AS.
Surplus neraca perdagangan pada 2017 menunjukkan level tertinggi sejak 2013 dan 2014 yang mengalami defisit, dan kemudian kembali surplus pada 2015 dan 2016.
Perlu diketahui, Kapal layanan Direct Call CMA CGM Tage yang berlabuh pada Minggu 13 Mei 2018 ini memiliki kapasitas sekitar 10.000 TEUs. Kapal berbobot 95.263 GT (Gross Tonnage) dengan ukuran panjang 300 meter ini merupakan satu dari beberapa kapal raksasa, yang kini secara rutin berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement