Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan Twitter berubah sejak Kamis 12 Juli 2018, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kredibilitas platform.
Gara-gara perubahan kebijakan, firma data Keyhole menyebut, 100 juta pengguna Twitter yang paling populer rata-rata kehilangan sekitar 2 persen follower mereka.
Sekadar diketahui, hal ini terjadi karena Twitter tidak lagi menghitung pengguna yang akunnya ditangguhkan karena dianggap akun palsu. Menurut Chief Executive Officer Twitter Jack Dorsey, akun yang ditangguhkan tidak lagi dihitung sebagai pengguna aktif harian maupun bulanan.
Hal ini pun membuat sejumlah publik figur kehilangan hingga jutaan follower. Padahal bagi pengguna yang merupakan selebtwit atau influencer, jumlah follower menjadi indikator tersendiri saat bernegosiasi dengan pengiklan. Sementara buat pengguna lain, jumlah follower bisa dianggap sebagai simbol kebanggaan.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan, sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Computerworld, Sabtu (14/7/2018), akun resmi Twitter @twitter kehilangan 12,4 persen pengikutnya dibandingkan sehari sebelumnya, saat kebijakan baru Twitter belum berlaku. Menurut data Keyhole, ada 100 akun top Twitter yang kehilangan banyak pengikutnya.
Sebut saja akun milik bos Tesla Elon Musk yang kehilangan 0,3 persen follower atau sebanyak 71 ribu pengikut. Pengguna top lainnya kehilangan 100 hingga 734 ribu follower.
Padahal, Twitter menyebut, kemungkinan sebuah akun hanya akan kehilangan empat pengikut. Twitter pun enggan berkomentar atau memberikan data lanjutan. Namun, seorang staf di Keyhole mengdata follower Twitter dan Instagram, kemudian menjualnya ke pebisnis.
Penyanyi pop Katy Perry yang diketahui memiliki jumlah akun paling banyak di platform Twitter (107 juta pengikut) harus kehilangan 2,8 juta pengikut. Jumlah follower Katy Perry ini setara dengan 2,6 persen dari total pengikut yang dia miliki sebelumnya.
Demikian juga dengan penyanyi lain seperti Pink, Mariah Carey, Britney Spears, dan Eminem. Semuanya kehilangan pengikut hingga angka 3 persen dari total pengikutnya.
Lain lagi dengan presiden Amerika Serikat Donald Trump (@realDonaldTrump) yang kehilangan 196 ribu pengikutnya sehingga kini jumlah pengikutnya hanya 53,2 juta. Akun Twitter resmi orang nomor satu di AS (@POTUS) bahkan mendapat follower lebih banyak dibanding sebelumnya.
Meski membuat sejumlah pengguna kehilangan pengikut, analis keuangan memuji apa yang dilakukan Twitter guna meminimalisasi penyalahgunaan akun Twitter.
Bos Twitter Kehilangan 200 Ribu Pengikut
Sebagian besar pengguna mungkin merasakan dampak dari upaya Twitter yang belum lama ini menghapus puluhan juta akun.
Lucunya, CEO Twitter Jack Dorsey ternyata juga turut merasakan dampak ini.
Dilansir Mashable pada Jumat (13/7/2018), Jack kehilangan banyak pengikut pada Kamis (12/7/2018).
Tercatat, dalam akun Twitter-nya, @jack, Jack mengungkap kalau ia telah kehilangan 200 ribu pengikut.
Apa yang dialami Jack terbilang langka. Pasalnya, dalam pernyataan resmi Twitter, perusahaan mengklaim dampak dari penangguhan akun hanya akan terjadi setidaknya per pengguna akan kehilangan beberapa pengikut, sedikitnya empat akun.
Meski Jack telah kehilangan 200 ribu pengikut, kenyataannya bos teknologi yang kerap berpakaian santai itu tetap memiliki keterlibatan yang baik dengan pengikutnya. Sampai saat ini, Jack sudah mengantongi empat juta pengikut.
Advertisement
Twitter Tangguhkan 70 Juta Akun
menunjukkan komitmennya melawan akun mencurigakan dan palsu. Berdasarkan data yang dirangkum The Washington Post, Twitter telah menangguhkan lebih dari satu juta akun setiap hari dalam dua bulan terakhir.
Dikutip dari The Washington Post, total akun yang ditangguhkan oleh Twitter dalam periode Mei dan Juni 2018 sudah lebih dari 70 juta.
Berdasarkan konfirmasi dari Twitter, tingkat penangguhan akun meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Oktober 2017.
Pada tahun lalu, situs microblogging itu mendapatkan tekanan dari kongres tentang bagaimana Rusia mengunakan akun palsu untuk mencampuri Pilpres AS.
Tak berhenti sampai Juni 2018, Twitter pun terus melanjutkan langkahnya tersebut. Menurut seorang sumber, pemblokiran agresif akun tersebut kemungkinan telah mengakibatkan penurunan jumlah pengguna bulanan pada kuartal II tahun ini.
Twitter menolak berkomentar tentang kemungkinan penurunan basis penggunanya.
Lebih lanjut, Vice President for Trust and Safety Twitter, Del Harvey, mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa perusahaan mengubah proses antara mempromosikan wacana publik dan menjaga keamanan.
Ia menambahkan, Twitter baru-baru ini mampu mendedikasikan sumber daya dan mengembangkan kemampuan teknis untuk mengetahui perilaku mencurigakan.
"Salah satu pergeseran terbesar adalah bagaimana kami berpikir tentang menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan kebebasan berekspresi untuk 'mendinginkan' pernyataan orang lain. Kebebasan berekspresi tidak terlalu berarti jika membuat orang-orang merasa tidak aman," ungkap Harvey.
Adapun Twitter pada akhir tahun lalu tercatat memiliki 330 juta pengguna aktif bulanan.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: