Pembunuh Bos Jahit di Pekanbaru Jadi Simpatisan ISIS karena Medsos

Simpatisan ISIS dari Pekanbaru itu membunuh bosnya yang dituding menghina Nabi Muhammad.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jul 2018, 11:03 WIB
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Pekanbaru - Rahmat Hidayat alias Abu Zakaria, partisan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang ditangkap di Kota Pekanbaru, Riau, mengaku mulai mempelajari dan tertarik dengan jaringan radikal tersebut sejak 2016 melalui media sosial.

"Saya mengenal ISIS sejak 2016. Awalnya membaca artikel dari Facebook," kata Rahmat di Mapolresta Pekanbaru, Jumat, 13 Juli 2018, dilansir Antara.

Pria berperawakan gondrong berusia 21 tahun itu mengaku sering membaca artikel-artikel di Facebook sehingga tertarik dengan jaringan radikal itu. Selama dua tahun, dia lantas menjalin komunikasi intens dengan teman dunia maya yang memiliki ketertarikan yang sama dengan jaringan ISIS tersebut.

Meski selama dua tahun terakhir terus berkomunikasi dan mempelajari ISIS, Rahmat mengaku tidak memiliki jaringan tertentu di Provinsi Riau. Dia juga mengaku tidak pernah bertemu dengan simpatisan maupun jaringan afiliasi ISIS lainnya.

"Hanya di Facebook. Berteman di sana," ujarnya singkat.

Rahmat kini mendekam di balik dinginnya besi jeruji Mapolresta Pekanbaru. Dia dituduh telah membunuh mantan bosnya secara sadis pada medio Ramadan 2018 lantaran sakit hati.

Kapolresta Pekanbaru, Kombes Susanto mengatakan aksi pembunuhan itu dilakukan Rahmat bersama seorang rekannya bernama Yandi Doharman alias Abu Zakaria. Keduanya diduga merupakan partisan jaringan terlarang, ISIS.

Rahmat terlebih dahulu dibekuk di sebuah kos-kosan di Jalan Cipta Karya, Kecamatan Tampan Pekanbaru, awal Juli 2018. Sementara, Yandi ditangkap di Kota Batam, sepekan setelah penangkapan Rahmat atau tepatnya 6 Juli 2018.

 


Sosok Tertutup

Ilustrasi Penangkapan (Liputan6.com/M.Iqbal)

Dalam perkara ini, Santo mengatakan Polresta Pekanbaru hanya sebatas menangani perkara pembunuhan yang dilakukan kedua tersanga. Sementara, kasus dugaan keterlibatan keduanya dalam tindak pidana terorisme ditangani oleh Detasemen Khusus 88 Anti Teror.

"Penyelidikan masih dilakukan oleh Densus. Kemudian ketika dinyatakan harus dibawa ke Jakarta oleh Densus untuk buka jaringan lainnya kita akan bekerja sama," ujarnya.

Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa Rahmat diketahui merupakan sosok yang sangat tertutup.

Bahkan, Rahmat sama sekali tidak pernah bersosialisasi dengan tetangganya sekitar tempat tinggalnya. Padahal, Rahmat telah tinggal enam bulan di tempat kos tersebut.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya