Liputan6.com, Bombana - Jika ada buaya darat disebut sesat itu biasa. Tapi apa jadinya jika seekor buaya muara tersesat di persawahan warga? Tentu kehebohan menjadi hal pertama.
Ini terjadi di persawahan Desa Poleang Timur, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana, Kamis 12 Juli 2018 pagi. Buaya muara itu ketahuan sedang membuka dan menutup mulutnya.
Ukurannya cukup besar. Tiga meter. Petani yang hendak memulai pekerjaannya di sawah langsung kalang kabut. Sejak 30 tahun membuka sawah di wilayah itu, belum pernah ada buaya berkeliaran di kebun warga.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Aco, salah satu warga, keberadaan buaya di wilayah itu hanya semacam mitos. Hanya cerita dari mulut ke mulut. Tak ada yang pernah melihat.
"Awalnya ada dua petani hendak mengerjakan sawahnya. Tiba-tiba mereka berhenti karena ekor berukuran besar meliuk-liuk masuk diantara rimbunan padi," kata Aco.
Tiba-tiba dari balik rimbunan padi, nongol kepala reptil berbahaya itu dan berbalik seperti hendak mengejar petani itu. Selama ini jangankan dikejar, bertemu buaya saja warga tak pernah.
"Tapi buayanya tidak mengamuk. Ketika hendak dipindah, kami kesulitan karena berada di tengah sawah," kata Aco.
Simak video pilihan menarik berikut di bawah:
Bisa Mengundang Kawan
Menurut Aco, buaya tersebut diduga berasal dari Sungai Poelang. Sungai itu merupakan salah satu dari dua sungai yang mengelilingi ratusan hektare sawah di kabupaten Bombana.
"Sungai di sini ada dua. Kawasan ini mungkin biasa dipakai buaya untuk menyeberang dari sungai satu ke sungai yang lain. Tapi memang baru kali ini kami melihat," kata Aco.
Setelah ditangkap, buaya itu lalu dilepas lagi ke sungai Poleang. Pelepasan pada Jumat, 13 Juli 2018, karena warga pantang memelihara atau membunuh buaya yang tersesat.
"Dia belum pernah melukai warga, jadi kita lepas. Kan dia tidak mengganggu," kata Darmawan warga lainnya.
Buaya jika dipelihara kemungkinan besar akan mengundang buaya lain dan mengganggu warga lainnya. Sebab, buaya hidup dalam kawanan.
"Kalau dipelihara atau dibunuh, buaya lain dipercaya akan datang mencari," kata Darmawan.
Kepala Bidang Perlindungan dan Pelestarian Hewan BKSDA Provinsi Sultra, Samsul menyebutkan bahwa buaya memang hidup secara komunal. Buaya muara tidak pernah mengganggu jika tidak terdesak.
"Hanya kalau panik maka mungkin akan mengamuk. Kalau sudah seperti itu, warga baiknya melapor," kata Samsul.
Munculnya buaya di tengah pemukiman warga memiliki sejumlah alasan. Pertama, karena kurangnya sumber makanan karena habitat yang terganggu.
"Kedua, mungkin karena tersesat. Buaya juga bisa nyasar saat berburu makanannya," kata Samsul.
Ketiga karena ekosistem hutan di wilayah itu terganggu. Namun, pihaknya belum mendalami soal itu.
Advertisement