Liputan6.com, New York - Harga minyak naik sekitar satu persen lantaran aksi mogok di Norwegia dan Irak memenuhi pasokan. Akan tetapi, harga minyak berjangka melemah dalam dua minggu berturut-turut usai Pelabuhan Libya kembali dibuka dan ada pandangan Iran mungkin masih ekspor minyak meski kena sanksi Amerika Serikat (AS).
Harga minyak Brent naik 88 sen menjadi USD 75,33 per barel. Harga minyak tersebut naik 1,18 persen. Harga minyak acuan tersebut turun 2,7 persen selama sepekan. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 68 sen menjadi USD 71,01 per barel. Harga minyak WTI turun 3,9 persen selama sepekan.
Pasar melemah jelang akhir sesi perdagangan. Ini didorong laporan Bloomberg yang menyatakan pemerintahan AS di bawah pimpinan Presiden AS Donald Trump aktif pertimbangkan masuk strategic Petroleum Reserve yang akan menambah pasokan ke pasar. AS memiliki cadangan pasokan sekitar 660 juta barel. Ini cukup untuk pasokan tiga hingga empat bulan.
Baca Juga
Advertisement
"Orang-orang telah berbicara itu sebagai rumor. Ini tidak ada bedanya dengan apa pun yang telah dikatakan dalam beberapa minggu terakhir," ujar Robert Yawger, Direktur Mizuho, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (14/7/2018).
Sentimen lainnya juga dipicu dari ratusan pekerja di rig minyak dan gas lepas lantai Norwegia yang mogok usai menolak kesepakatan upah yang diusulkan. Penutupan lapangan Knar milik Shell produksi 23.900 barel setara minyak per hari.
Di Irak, sekitar 100 pengunjuk rasa menuntut pekerjaan dan layanan lebih baik sehingga tutup akses ke pelabuhan komoditas Umm Qasr di dekat kota selatan Basra.
"Pasokan minyak menurun dari Venezuela dan aksi mogok memanas di Norwegia dan Irak mendorong harga minyak," ujar Analis Interfax Energy, Abhishek Kumar.
Harga Minyak Melemah pada Awal Pekan
Harga minyak melemah awal pekan ini usai anggota OPEC Libya kembali membuka pelabuhan utama minyak timur. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuturkan, AS akan pertimbangan pemberikan keringanan kepada beberapa pembeli minyak mentah Iran.
Kekhawatiran perselisihan perdagangan AS-China dapat memukul pertumbuhan ekonomi global juga membuat pembeli ragu. Rusia dan produsen minyak utama lainnya dapat meningkatkan produksi minyak lebih lanjut jika pasar kekurangan suplai.
Hal itu disampaikan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak. Pada Juni, OPEC dan produsen utama lainnya termasuk Rusia menanggapi pengetatan pasar dengan kurangi perjanjian pasokan.
Sementara itu, impor minyak mentah China jatuh selama dua bulan berturut-turut pada Juni ke level terendah sejak Desember. Ini karena menyusutnya margin dan harga minyak yang bergejolak menyebabkan beberapa penyuling independen mengurangi pembelian.
Jumlah rig minyak AS tetap stabil berada 863 rig pada pekan ini. Tingkat pertumbuhan melambat selama sebulan terakhir dengan penurunan harga minyak dari akhir Mei hingga Juni.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement