Laporan Langsung Jurnalis KLY Sports dari Moscow, Rusia Sebuah pengalaman berharga bisa berjumpa dengan salah satu warga Moscow, Rusia, yang memiliki darah Indonesia. Banyak hal menarik yang dibagi oleh sosok pria berkacamata yang satu ini tentunya dengan bahasa Indonesia. Ia adalah Dmitri Situmeang yang sudah menetap di Moscow sejak 2004.
Advertisement
Dmitri memiliki ibu dari Rusia. Darah batak yang dimilkinya dari sang ayah. Dmitri lahir di Jakarta dan selama kurang lebih 30 tahun berada di Indonesia. Rusia dan Indonesia adalah rumah baginya.
Dengan adanya Piala Dunia 2018, tentu hadir banyak suporter dari beragam negara ke Rusia. Mereka datang dari negara-negara yang menjadi peserta Piala Dunia 2018 atau pun yang bukan. Apakah warga Moscow merasa terganggu dengan adanya Piala Dunia?
"Kota ini terlalu besar untuk warganya merasa terganggu dengan Piala Dunia. Setahu saya ada sekitar 3 juta turis yang datang karena Piala Dunia ini. FIFA bahkan hanya mencatatnya 1 juta orang yang datang ke sini. Akan tetapi, mau berapa saja yang datang, Kota Moscow terlalu besar buat merasa terganggu warganya. Piala Dunia ini justru bagus untuk para orang di sini bahwa mereka bisa sadar potensi mereka sebenarnya jauh lebih dari yang dikira selama ini,” kata Dmitri kepada Bola.com yang ditemui di dekat Red Square.
Sebagai penyelenggara, banyak pujian yang hadir kepada Rusia, sebagai tuan rumah Piala Dunia. Contohnya adalah soal keamanan dan kebersihan yang tampak di Kota Moscow. Apakah hal tersebut memang seperti itu ataukah hanya terjadi karena adanya Piala Dunia?
"Umumnya bila tidak ada Piala Dunia memang aman dan bersih. Bahkan bisa lebih aman lagi. Hal ini terkait dengan para polisinya. Bukan perlakuan polisi kepada orang biasa tetapi bagaimana mereka tegas kepada para pemabuk-pemabuk yang bikin masalah di Rusia. Seperti diketahui salah satu masalah di sini adalah banyak orang yang suka minum minuman beralkohol. Dengan adanya Piala Dunia, polisi justru lebih ramah dan santai. Bila ada suporter Inggris yang mabuk-mabukan, mereka tidak langsung melakukan tindakan tegas,” ujar Dmitri.
Keramahan para orang Rusia juga menjadi sorotan. Mereka bisa sangat ramah kepada para pendatang yang ingin menikmati Piala Dunia 2018. Menurut Dmitri, hal tersebut sebenarnya terkadang dilakukan tidak secara natural.
"Meski orang Rusia itu hangat, tetapi tingkat keramah-tamahan mereka masih jauh di bawah orang Indonesia. Mereka sebenarnya tidak terlalu tahu bagaimana menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018. Mereka tidak terlalu natural untuk ramah kepada tamunya. Sekarang dengan adanya Piala Dunia, mereka sadar ternyata kita bisa menjadi tuan rumah. Kita tidak membuat malu bangsa sendiri.”
"Mereka sadar juga bahwa mereka sebenarnya bukan orang miskin. Mereka bisa lebih kaya dibanding turis-turis yang hadir ke Rusia. Jadi bagus sekali dengan adanya Piala Dunia ini. Seperti restoran, mereka akhirnya memiliki standar cara pelayanan yang tinggi saat Piala Dunia. Seharusnya, mereka tidak bisa menurunkan standar itu setelah Piala Dunia berakhir,” ucap Dmitri.