Liputan6.com, Jakarta - Polri terus melakukan operasi pemberantasan terorisme pasca-bom Surabaya Mei 2018 lalu. Setidaknya sudah ada 200 lebih terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri hingga saat ini.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, sudah ada 194 terduga teroris ditangkap sebelum operasi yang terjadi di Kaliurang, Yogyakarta dan Indramayu, Jawa Barat. 17 Di antaranya tewas dalam penangkapan.
Advertisement
"Plus kemarin 3 tertembak (di Kaliurang) 197 kemudian di Indramayu itu sudah ditangkap lagi ada 9 lanjutan dari 2 orang yang mau menyerang Polres, dan total ini sudah ada 200 (lebih) sejak bom Surabaya," ujar Tito di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (16/7/2018).
Tito memastikan, pihaknya tidak akan mengendurkan operasi pemberantasan terorisme. "Kita ingin menunjukan negara lebih kuat dari pada teroris," dia menegaskan.
Gerbang Bom Surabaya
Tito menuturkan, rentetan aksi bom bunuh diri di Surabaya beberapa bulan lalu dijadikan sebagai gerbang masuk Polri memberantas terorisme. Dari situ, Polri dapat menangkap jaringan dan sel-sel tidur kelompok terorisme.
Apalagi operasi yang dilakukan Polri diuntungkan dengan UU Antiterorisme yang baru saja disahkan DPR.
"Jadi peristiwa bom Surabaya itu bagi Polri di satu sisi tragedi dan kita bersedih karena ada korban. Tapi di sisi lain memberikan peluang yang sangat besar kepada Polri untuk masuk ke dalam jaringan ini dan menangkap mereka," katanya.
Jenderal bintang empat itu memerintahkan jajarannya mengusut tuntas kasus bom bunuh diri di Surabaya. Siapa pun yang terlibat dalam peristiwa tersebut harus ditangkap sesuai dengan UU Antiterorisme yang baru disahkan.
"Yang bersimpati pun kepada mereka saat melakukan aksi, itu bagian dari kelompok mereka, itu bisa kita pidana. Instruksi saya bom Surabaya tangkap, tuntaskan, sudah tahu jaringannya, semua ditangkap," Tito menandaskan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement