Liputan6.com, Jakarta Produsen memperkirakan harga telur ayam akan turun dalam waktu dekat. Saat ini harga telur ayam di tingkat peternak berada di kisaran Rp 21 ribu-Rp 22 ribu per kilogram (kg).
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional, Feri mengungkapkan, produksi telur secara nasional mencapai 6.800 ton per hari. Namun saat ini tengah mengalami penurunan sekitar 20 persen.
Advertisement
"Sekarang turun 20 persen. 5 persen-10 persen karena penyakit, selebihnya karena afkir yang normal jelang Lebaran. Itu kita potong karena karakteristik ayam petelur yang dagingnya keras dan dicari untuk opor, pasti carinya ayam petelur atau ayam kampung. Jadi setiap tahun jelang Lebaram pasti kita afkir," ujar dia di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Senin (16/7/2018).
Dia mengungkapkan, saat Lebaran, biasanya harga telur di tingkat produsen bisa mencapai Rp 25 ribu per kg. Sehingga sampai ke tangan konsumen bisa menembus angka Rp 30 ribu per kg.
"Itu tergantung kondisi, tapi biasanya tiap jelang lebaran itu siklusnya. Sekitar Rp 25 ribu. Itu di on farm. Di konsumen Rp 30 ribuan," kata dia.
Namun demikian, sebenarnya saat ini harga telur di tingkat produsen sudah relatif turun. Namun penurunan harga di tingkat pedagang masih dinilai masih membutuhkan waktu.
"Sudah turun. Harga farm dan harga eceran itu beda. Kita bicara harga farm. Kalau farm sudah turun tapi kalau ecer pasti turunnya butuh waktu bertahap. (Di peternak) Rp 21 ribu-Rp 23 ribu," tandas dia.
Mendag Minta Distributor Telur Lapor Stok dan Keuntungan
Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta para distributor ayam dan telur untuk melaporkan stok dan keuntungan yang diterima.
Sebab, kenaikan harga telur ayam yang terjadi disinyalir akibat tingginya keuntungan yang diterima oleh para distributor tersebut.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengungkapkan, jumlah distributor dalam rantai pasok ayam dan telur berbeda-beda untuk tiap daerah. Semakin dekat dengan sentra peternakan ayam, rantai distribusinya semakin pendek, begitu juga sebaliknya.
Baca Juga
"Setiap daerah mata rantai macam-macam. Ada yang hanya 3 (distributor), ada yang 5, ada yang 2. Di Boyolali, Blitar mata rantainya tidak panjang. Tapi kalau ada di daerah ada 1, 2, 3 4, 5. Itu yang terjadi. Ini sama dengan berbagai komoditi yang lain. Kita tenggarai yang menikmati itu di mata rantai ini, kenaikan itu," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (16/7/2018).
Namun demikian, setelah mengumpulkan para pelaku usaha yang terkait dengan komoditas ayam dan telur pada hari ini, disepakati jika pelaku usaha termasuk distributor tidak akan mengambil keuntungan yang berlebihan.
"Kita sekarang dari hal-hal yang tadi maka ada beberapa langkah ke depan yang juga dapat respon positif dari pelaku yaitu jangan mengambil tambahan keuntungan," kata dia.
Selain itu, Kemendag juga meminta para produsen dan distributor untuk melaporkan stok dan pasokan serta keuntungan yang dipatok. Enggartiasto berharap dengan demikian pemerintah bisa mengawasi secara lebih ketat pasokan dan harga ayam serta telur ini.
"Ini kita meminta mereka menyuplai data. Bagi mereka tidak mendaftarkan kami ambil tindakan, sama seperti gudang dan distributor yang ada. Kami didukung oleh Satgas Pangan. Kita nanti dengan pendataan ini berapa margin yang tolerable sampai kami nanti akan potong mata rantai itu. Jadi sekaligus saja kalau dagang, dagang dengan baik," ujar dia.
Advertisement