Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menata ulang pelabuhan-pelabuhan perikanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Penataan ini sebagai tindak lanjut adanya kebakaran 39 kapal di Pelabuhan Benoa, Bali.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti menyatakan, Pelabuhan Benoa saat kejadian kebakaran kapal terdapat hampir 800 kapal perikanan dan itu bukan pelabuhan perikanan.
Dia menuturkan, di Bali, banyak pelabuhan perikanan yang seharusnya menjadi tempat sandar kapal-kapal perikanan tersebut salah satunya di Jembrana.
Baca Juga
Advertisement
"Kita akan kerja sama KSOP untuk nanti kapal ikan akan digeser ke pelabuhan ikan. Fasilitas yang diperlukan akan kita penuhi kalau memang ada yang dibutuhkan," kata Susi di kantornya, Selasa (17/7/2018).
Sementara itu di kesempatan yang sama Dirjen Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar mengaku idealnya pelabuhan perikanan hanya bisa menampung kapal perikanan sebanyak 300 kapal.
Tak hanya di Pelabuhan Benoa, Zukficar mengaku beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia lainnya yang saat ini sudah cukup padat seperti di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta.
"Jadi kita akan tata supaya kapal-kapal perikanan itu nyaman dan terfasilitasi di Pslabuhan perikanan. Keluar masuk itu tidak sempit. Makanya idealnya pelabuhan itu 300 kapal," kata dia.
Dukung Sektor Perikanan, PLN Pasok Listrik ke Kapal Pendingin
Sebelumnya, PT PLN (Persero) Area Makassar Utara memasok listrik ke kapal sandar yang berfungsi sebagai Floating Cold Storage (Kapal Pendingin Terapung) milik PT Perikanan Nusantara (persero).
Manajer PT PLN (Persero) Area Makassar Utara Hariyadi mengatakan, pasokan listrik PLN ke Floating Cold Storage tersebut mencapai 240 kilo Volt Amper (kVA). Pasokan ke kapal terapung ini merupakan pertamakalinya dilakukan di Indonesia.
Menurut Haryadi, langkah ini sebagai bentuk dukungan serta komitmen PLN dalam mendukung invenstasi bisnis perikanan di kawasan Pelabuhan Perikanan Untia dan merupakan bentuk nyata Sinergi BUMN antara PLN dan Perikanan Nusantara.
"Tantangan dalam melayani suplai kelistrikan untuk Floating Cold Storage ini yaitu lokasi kapal yang bersandar di dermaga, sehingga tidak ada lahan yg memungkinkan untuk membangun gardu batu dan kubikel pelanggan Tegangan Menengah, sehingga kami layani dengan menggunakan alat Automatic Sectionalizing Switch” kata Hariyadi, di Jakarta, Jumat 18 April 2018.
Branch Manager PT Perikanan Nusantara Cabang Makassar Ferdinand Wenno mengungkapkan, Floating Cold Storage adalah kapal pendingin yang digunakan untuk mendinginkan hasil tangkapan ikan yang dikumpulkan oleh nelayan.
Floating Cold Storage ini sudah bersandar di Pelabuhan Perikanan Untia sejak 1 tahun lalu. Namun belum dapat beroperasi maksimal diakibatkan masih menggunakan genset yang menggunakan bahan bakar Solar.
"Akibatnya, biaya operasional dan pemeliharaan sangat mahal mencapai Rp 200 juta per bulan," jelas Ferdinand.
Menurut perhitungan 250 jam nyala dengan daya listrik 240 kVA dengan menggunakan listrik dari PLN, PERINUS mampu menghemat sebesar Rp 138 juta per bulannya, sehingga secara tidak langsung dapat mendukung mitra nelayan, serta meningkatan industri perikanan di Sulawesi Selatan khususnya di Pelabuhan Perikanan Untia.
Penanggung Jawab Pengelola Pelabuhan Perikanan Untia (PPN UNTIA) Andi Mannojengi menambahakan, dengan dipasoknya listrik untuk Cold Storage terapung milik PERINUS oleh PLN, kedepannya akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam industri karena jauh lebih hemat saat menggunakan listrik.
PPN Untia yang berada di wilayah kerja PLN Area Makassar Utara Rayon Daya ini merupakan pelabuhan perikanan yang baru dibangun serta diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo pada 26 November 2016.
"Pelabuhan kami adalah pelabuhan baru, dan sudah banyak Investor yang akan masuk dan tentunya PLN diharapkan akan menjadi penunjang di kegiatan kami," ujar Andi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement