Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Asosiasi Gula India menggelar forum bertajuk Indonesia Forum on Sugar Trade pada Selasa (17/7/2018) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengatakan, diskusi tidak tertutup untuk impor gula mentah saja, melainkan juga semua jenis gula.
"Semua jenis gula ditawarkan oleh India, intinya kita masih resourcing gula ya dari Thailand dan Australia. Sedangkan mereka nomor 2 penghasil gula terbesar di dunia," tutur dia di Jakarta, Selasa pekan ini.
Baca Juga
Advertisement
Oke menuturkan, India sedang mempertimbangkan untuk memasok gula mentah ke Indonesia sesuai spesifikasi yang diharapkan pemerintah.
"Mereka sedang mencari kemungkinan untuk memasok kita gula, janjinya spesifikasi-nya sesuai yang kita harapkan. Bahkan bisa lebih dari itu seperti kenapa Indonesia gulanya harus spesifikasi 1200, tidak 400 sampai 600," kata dia.
Oke menambahkan, Indonesia secara prinsip terbuka untuk perdagangan gula dari negara manapun.
"Secara prinsip kita terbuka, tidak membatasi dari negara mana selama itu business to business. Jadi kita sampaikan peta pergulaan kita, potensinya harus menyesuaikan dengan kita," ujar dia.
Secara umum, Oke menekankan, forum ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan Indonesia dan India dalam hal perdagangan gula.
"Pertemuan ini usulnya itu bentuk payung hukum, jadi supaya bisa kerja sama bangun hubungan pergulaan Indonesia dan India," kata dia.
Sinergi 4 BUMN Tingkatkan Kualitas Industri Gula RI
Sebelumnya, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT Barata Indonesia (Persero), PT Surveyor Indonesia (Persero), dan PT Sucofindo (Persero). Kesepakatan ini berisi mengenai sinergi keempat BUMN dalam meningkatkan kualitas industri gula yang dimiliki oleh PTPN III.
Penandatangan nota kesepahaman ini dilakukan antara Direktur Utama PTPN III (holding) Dolly P Pulungan dengan Direktur Utama PT Barata Indonesia (persero) Silmy Karim, Direktur Utama PT Sucofindo (Persero) Bachder Djohan Buddin, dan Direktur Utama PT Surveyor Indonesia (Persero) M Arif Zainuddin di Kementerian BUMN, hari ini.
“Dengan adanya sinergi ini dapat memberikan benefit untuk seluruh pihak khususnya dalam pengadaan serta maintenance peralatan pabrik gula dan pemanfaatan limbah scrap seluruh anak usaha PTPN III Holding,” kata Dolly di Kementerian BUMN, Rabu 9 Mei 2018.
Dolly menambahkan, kerja sama strategis dengan PT Surveyor Indonesia dan PT Sucofindo terkait pengawasan analisis rendemen tebu dan sertifikasi mutu gula di seluruh wilayah produksi gula PTPN III.
Dia juga berharap dengan kualitas rendemen tebu yang telah diinspeksi dan diuji oleh lembaga inspeksi, pengujian, sertifikasi baik oleh PT Sucofindo atau PT Surveyor Indonesia dapat meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan kepada pabrik gula dan mendorong pencapaian mutu gula sesuai SNI.
Sementara itu, dalam kerja sama ini, Barata akan menjadi pihak yang membantu PTPN III untuk meningkatan lokal konten dan efisiensi mesin-mesin di pabrik gula yang dimiliki PTPN III. Sebab, selama ini kurang efisiennya produksi karena teknologi yang digunakan sudah cukup lama.
"Kerja sama ini akan meningkatkan peran industri nasional di negeri sendiri. PT Barata dan PTPN holding bersama-sama menindaklanjuti lokal konten, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang peran industri lokal dalam pembangunan ekonomi Indonesia," ujar Dolly.
Pada akhirnya, sinergi ini bisa meningkatkan efisiensi biaya pengadaan dan maintenance alat-alat untuk pabrik industri agro milik Holding Perkebunan Nusantara dan anak perusahaan. Selain itu, bahan limbah scrap bisa dikelola optimal oleh Barata Indonesia sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement