Kanker Kulit Akan Segera Bisa Dideteksi dengan Mudah dan Murah

Tes baru ini diklaim mampu mendeteksi secara dini potensi berkembangnya kanker kulit melanoma lewat penanda dalam darah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Jul 2018, 19:00 WIB
Tes darah untuk deteksi dini kanker kulit melanoma (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Tes diagnostik baru untuk kanker kulit melanoma akan tersedia di Australia dalam tiga tahun ke depan. Ini diklaim bisa menyelamatkan nyawa dan jutaan dolar yang habis dalam tes biopsi.

Melansir Buzzfeed pada Rabu (18/7/2018), tim peneliti dari Australia Barat merancang tes darah untuk melanoma. Hal ini memberikan pilihan untuk cara diagnosis yang bisa lebih sedikit efektif dan lebih sedikit invasif daripada prosedur saat ini.

Negeri kangguru sendiri menghabiskan 201 juta dolar setiap tahunnya untuk biopsi kanker kulit, dengan biopsi negatif mencapai 73 juta dolar dari pengeluaran tersebut.

Melanoma adalah bentuk kanker kulit yang paling agresif dan berbahaya. Ini terjadi ketika melanosit di kulit (sel-sel yang menghasilkan pigmen kulit) berubah menjadi kanker.

Tingkat kelangsungan hidup adalah 90 hingga 95 persen ketika terdeteksi dini. Namun, setelah menyebar, angka harapan hidup turun sampai di bawah 50 persen.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 


Berguna untuk diagnosa awal

Tes darah untuk deteksi dini kanker kulit melanoma (iStock)

Tes darah melanoma baru ini dirancang untuk diagnosa dini dan menggunakan biomarker (penanda) dalam darah, untuk menunjukkan apakah tubuh meluncurkan respon imun terhadap kanker.

Para peneliti mengidentifikasi 10 biomarker, khususnya yang terbentuk dalam darah ketika melanoma hadir. Mereka berhasil mendeteksi secara tepat kanker tersebut di stadium awal 84 persen pada waktunya.

Salah satu penulis dan peneliti dari Universitas Edith cowan, Profesor Mel Ziman mengatakan, tes itu sangat berguna ketika digunakan sebagai langkah diagnostik awal sebelum biopsi kulit.

"Kami dapat membantu memberikan kepastian diagnostik tahap awal, untuk mencegah orang pergi (ke dokter) pada tahap selanjutnya karena mereka tidak memeriksakan kulit mereka secara teratur, atau mereka tidak mengidentifikasinya cukup awal. Kita perlu mengisi kekosongan itu," kata Ziman.

Biopsi kulit sendiri membutuhkan anestesi lokal dengan membuang sejumlah kecil jaringan. Sementara tes darah tidak terlalu invasif.

"Ini mungkin membuat orang tidak terlalu takut untuk pergi dan melakukan pemeriksaan kulit."

Tahap berikutnya dari percobaan ini akan menargetkan hingga 90 persen agar bisa digunakan laboratorium patologi manapun di dunia. Ziman dan rekan-rekannya percaya ini bisa dicapai dalam tiga tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya