Ini Bukti Kalau Robot Tak Ancam Karyawan Jadi Pengangguran

Menurut survei PwC, kemajuan kecerdasan buatan beserta robot ternyata bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jul 2018, 12:00 WIB
Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Prediksi soal robot  dan kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) akan mengambil alih pekerjaan manusia membuat banyak orang semakin cemas.

Beberapa petinggi perusahaan teknologi seperti Elon Musk dan Bill Gates bahkan beranggapan kalau kecerdasan buatan berisiko membuat sejumlah pekerjaan yang selama ini dilakukan tenaga manusia dapat menghilang.

Namun demikian, anggapan itu tak sepenuhnya benar. Kemajuan kecerdasan buatan ternyata bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Dikutip dari Business Insider, Kamis (19/7/2018), firma konsultan PwC, baru saja merilis laporan teranyarnya yang menyatakan peluang kerja baru justru akan muncul dengan kemajuan perkembangan robot.

Mereka mencontohkan penerapan robot dan kecerdasan buatan di Inggris malah akan menggantikan beberapa pekerjaan, seperti transportasi atau manufaktur.

Di situ, kecerdasan buatan akan menciptakan setidaknya 38 persen pekerjaan transportasi dan 30 persen manufaktur.

Akan tetapi, di sektor lain, kecerdasan buatan justru menciptakan lapangan kerja. Contohnya di sektor kesehatan, kecerdasan buatan akan menciptakan 34 persen pekerjaan di sektor pekerjaan. Dia hanya mengambil alih 12 persen pekerjaan manusia di sektor ini.

“Secara absolut, sekitar tujuh juta pekerjaan akan diproyeksikan pindah ke kecerdasan buatan. Tapi, kecerdasan buatan akan membuat 7,2 juta pekerjaan baru. Jadi, ada 200 ribu pekerjaan baru yang akan dibuat oleh AI,” tulis laporan tersebut.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) mengatakan, ada 14 persen pekerjaan di negara anggota OECD yang terganti dengan robot tahun ini.

PwC dan OECD mengatakan sektor yang akan diuntungkan dari kecerdasan buatan adalah pendidikan, pekerjaan yang berkaitan dengan teknis dan sains, akomodasi dan jasa makanan, serta informasi dan komunikasi. Alasannya, pekerjaan ini lebih kompleks dan tugasnya lebih khusus.

Sementara, sektor yang mendapatkan pengaruh buruk dari kecerdasan buatan adalah keuangan dan asuransi, ritel, konstruksi, administrasi publik, transportasi, serta manufaktur.


Kecerdasan Buatan Bakal Kuasai Dunia pada 2045

Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Ray Kurzweil, Director of Engineering Google, dikenal sebagai sosok yang selalu akurat dengan berbagai prediksi teknologi.

Dari 147 prediksi yang ia lontarkan sejak 1990 silam, hampir semua terbukti benar. Prediksi terbaru Kurzweil ini berkutat pada isu kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang bakal menguasai dunia dalam waktu 28 tahun lagi, lebih tepatnya pada 2045.

Kurzweil mengungkap, dalam kurun waktu 28 tahun ke depan, kecerdasan buatan akan berkembang dan hadir dalam beberapa 'wajah'.

Salah satu yang bakal kentara adalah robot berbasis kecerdasan buatan. Dengan demikian, ia menyebut singularitas antara kecerdasan buatan dan manusia akan semakin dekat seiring berkembangnya teknologi.

"Singularitas akan terjadi secara utuh pada 2045. Nanti, pada 2029 komputer juga akan memiliki tingkat kecerdasan setara dengan manusia," ujar Kurzweill dalam wawancaranya dengan SXSW seperti dilansir Futurism, Rabu (11/10/2017).

"Ini bukan skenario masa depan, tetapi kenyataan. Sekarang saja kecerdasan buatan sudah memimpin beberapa platform. Ia bekerja seperti otak, menghubungkan berbagai perangkat pintar dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia," sambungnya.

Berbeda dengan beberapa petinggi perusahaan teknologi yang khawatir akan dominasi kecerdasan buatan di dunia, Kurzweil justru merasa tidak demikian. Malah, ia mengaku tak sabar menanti 'ledakan' singularitas di masa depan.

"Singularitas adalah kesempatan bagi umat manusia untuk bekerja lebih baik. Yang sebenarnya terjadi sekarang kan kecerdasan buatan memberikan tenaga kepada kita, membantu kita, memudahkan semua," papar Kurzweil.

"Mereka juga membuat kita lebih pintar. Kecerdasan buatan mungkin tak ada di dalam badan kita, tapi mulai 2030 saya yakin mereka bisa menghubungkan neocortex kita--bagian otak manusia yang bekerja untuk berpikir--ke cloud," terangnya menambahkan.


Singularitas di Masa Depan

Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Pemaparan Kurzweil juga sama persis dengan apa yang disampaikan CEO Softbank Masayoshi Son. Beberapa waktu lalu, ia mengatakan singularitas akan terjadi di masa depan.

Bedanya, jika Kurzweil meramal 28 tahun lagi, Son justru mengungkap singularitas bakal sepenuhnya terjadi pada kurun waktu 30 tahun lagi.

"Penggunaan chip akan terus bertambah dalam 20 tahun ke depan. Keadaan ini turut mendorong kehadiran perangkat pintar yang semakin banyak. Saya perkirakan ada sekitar 1 triliun chip yang digunakan dan mendorong ledakan perangkat pintar," ujar Son.

Reporter: Dream

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya