Liputan6.com, Jakarta - Pasar otomotif Tanah Air tengah bersiap menghadapi era mobil listrik. Berbagai hal yang mendukung keberadaan mobil emisi rendah ini, seperti infrastruktur dan regulasi, tengah digodok pemerintah melalui Kementerian Perindustrian.
Namun di satu sisi, berkembangnya mobil hybrid, plug-in hybrid, listrik, dan energi terbarukan lainnya menimbulkan kekhawatiran lain.
Dengan komponen yang lebih sedikit dibanding mobil konvensional, keberadaan mobil listrik menjadi ancaman tersediri bagi industri komponen lokal.
Baca Juga
Advertisement
Dijelaskan Wan Fauzi, Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia, untuk menghadapi era mobil listrik pihaknya telah mempersiapkan diri.
Pasalnya, industri mobil ramah lingkungan ini juga tidak langsung berubah menjadi mobil listrik sepenuhnya, dan masih akan mengalami tahapan dengan mobil hybrid dan plug-in hybrid.
"Untuk menghadapi mobil listrik ini, persiapan sama saja. Seperti halnya kita mendapatkan project baru, mempersiapkan cetakannya dan mobil listrik ini perbedaan di teknologi dan masalah material, apakah lebih banyak metal, plastik, atau rubber," kata dia saat Focus Group Discussion 'Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia', Rabu (18/7/2018).
Selanjutnya
Wan Fauzi menjelaskan, dengan era mobil listrik, perusahaan komponen otomotif di bawah payung PIKKO ini berharap bisa menjadi tier satu. Pasalnya, untuk mobil konvensional banyak yang hanya menjadi pemasok tier dua dan tiga.
"Sekarang kita belum jelas untuk produsen mobil listrik ini siapa aja yang bermain. Kita sebagai industri komponen ya kita ikut aja, dan akan buat komponen yang tadinya komponen dipakai sekarang tidak dipakai, atau komponen baru untuk tambahannya," tegasnya.
Sementara itu, PIKKO juga mengharapkan peran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin), untuk mendukung industri komponen lokal.
"Jadi kalau misalnya teknologi harus berubah, kan harus investasi. Nah, investasi ini gimana insentifnya kita belum tahu," pungkasnya.
Advertisement