Jelajah Pagi di Desa Sejuta Bunga Sidomulyo Kota Batu

Desa ini jadi penghasil jutaan potong bunga di Kota Batu dan layak disinggahi.

oleh Zainul Arifin diperbarui 20 Jul 2018, 06:01 WIB
Bunga mawar jadi salah satu yang banyak dibudidayakan di Desa Sidomulyo, Kota Batu, Jawa Timur. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Masyarakat di provinsi paling timur Pulau Jawa mengenal Kota Batu sebagai salah satu tujuan wisata favorit. Banyak objek wisata maupun keindahan alamnya menarik wisatawan untuk berkunjung ke kota berjuluk De Klein Switzerland atau Swiss kecil di Pulau Jawa ini.

Satu di antaranya layak disinggahi adalah Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu. Salah satu sentra budi daya pertanian holtikultura di Kota Batu, khususnya tanaman hias. Menuju desa ini, dari pusat melintasi Jalan Bukit Berbunga. Deretan kios penjual bunga ada di kiri kanan jalan ini.

Gapura bertuliskan ‘Masuk Kawasan Wisata Bunga Sidomulyo’ jadi penanda masuk wilayah desa. Nama jalan di Desa Sidomulyo pun kental aroma bunga, seperti Jalan Cemara Kipas, Jalan Palem Kuning, Jalan Cempaka, Jalan Mawar Putih, dan lainnya.

Di desa dari sekitar 2.400 kepala keluarga, 85 persennya membudidayakan tanaman hias. Baik di kebun, pekarangan, halaman rumah dengan media polibag atau pot kantong plastik. Maupun di dalam green house atau bangunan berbahan plastik.

Di kebun, sejauh mata memandang akan tampak hamparan bunga cantik beraneka jenis. Ada pula Pasar Bunga Sekarmulyo seluas 2,5 hektare dan Gelora Bunga seluas 4 hektare. Tempat budi daya sekaligus sentra perdagangan bunga yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Bunga.

Umbar Suwito, seorang petani bunga di kawasan Pasar Bunga Sekarmulyo, Sidomulyo, Kota Batu, mengatakan para petani sudah terbiasa dengan ramai wisatawan masuk ke kebun atau mampir ke rumah–rumah warga.

"Biasanya akhir pekan itu paling ramai, baik pagi atau sore hari. Baik datang berpasangan atau dengan keluarga mereka," kata Umbar Suwito, Rabu, 18 Juli 2018.

Tak semua wisatawan yang berkunjung itu datang untuk membeli bunga. Kerap mereka hanya sekadar berfoto atau bertanya tentang jenis bunga. Ada pula wisatawan yang membeli beberapa pot bunga mawar, anggrek, dan lain sebagainya untuk dibawa pulang sebagai buah tangan.

"Kami tak keberatan kalau wisatawan datang sekadar untuk berfoto. Karena pendapatan kami bukan dari menjual bunga ke mereka, tapi melayani permintaan dari luar daerah," ujar Suwito.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Surga Bunga

Wisatawan di Kota Batu kerap singgah di desa ini sekedar untuk berfoto. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Seorang petani bunga di Desa Sidomulyo lainnya, Sulastri mengatakan, perkebunan bunga tak banyak terdampak dengan tingginya angka kunjungan wisatawan di Kota Batu. Sebab hasil panen mereka cenderung untuk melayani permintaan ke luar daerah.

"Ya, kalau datang untuk berfoto itu sudah biasa, tak mengganggu kami. Karena permintaan tertinggi bunga–bunga ini dari luar daerah," ujar Sulastri.

Pendapatan utama para petani memang bukan dari transaksi langsung dengan para wisatawan. Melainkan memenuhi pesanan bunga ke berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Semarang, Kalimantan, dan daerah lainnya.

Kota yang berada di lereng Gunung Panderman, Gunung Arjuna dan Welirang ini laksana surga bagi pertanian holtikultura termasuk tanaman hias. Berada di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut, suhu udara di Kota Batu rata-rata bekisar 21 derajat Celsius – 23 derajat Celsius.

Mengutip data Kota Batu Dalam Angka 2017 milik Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu, ada 24 jenis bunga yang dibudidayakan para petani di beberapa desa, terutama di Desa Sidomulyo dan Gunungsari. Meski demikian, jenis varietasnya bisa mencapai ratusan.

Bunga yang paling banyak dibudidayakan adalah mawar, krisan, anggrek, dan anthurium. Per triwulan IV 2016, untuk anggrek ada 70.291 tanaman dengan luas panen 37.905 meter persegi produksinya mencapai 450.500 tangkai.

Anthurium ada 16.583 tanaman di luas panen 14.077 meter persegi menghasilkan 133.000 tangkai. Bunga krisan ada 190.542 tanaman dengan luas panen 168.250 meter persegi produktivitasnya mencapai 9.364.100 tangkai. Mawar terbanyak dibudidayakan, mencapai 1.313.454 tanaman di luas panen 1.158.000 meter persegi menghasilkan 25.620.880 tangkai.


Mengembangkan Desa Wisata

Kota Batu menghasilkan jutaan tanaman hias yang banyak dikirim ke luar daerah. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Kunjungan wisatawan di Kota Batu terus naik tiap tahunnya. Pada 2016 silam, tercatat angka kunjungan mencapai 3,3 juta wisatawan. Naik menjadi 4,2 juta wisatawan pada 2017 lalu. Meski demikian, tingginya jumlah pelancong itu tak terlalu berdampak ke petani bunga.

"Kalau untuk petani bunga memang dampaknya tak terlalu signifikan. Mungkin ini harus jadi perhatian," kata Suharto, Kepala Desa Sidomulyo.

Pemerintah desa bersama pemerintah kota sedang menyiapkan berbagai rencana untuk pengembangan desa. Agar bisa jadi salah satu desa wisata unggulan, infrastruktur di desa juga harus dibenahi. Misalnya, menyiapkan area peristirahatan untuk wisatawan di area perkebunan.

Pemerintah Kota Batu sedang memetakan kondisi desa dengan menerjunkan konsultan wisata. Pemerintah desa tak mau sekadar mengandalkan bantuan dari pemerintah. Apalagi desa sudah digelontor dana sebesar Rp 1,3 miliar dari Dana Desa dan Rp 2 miliar dari Alokasi Dana Desa.

"Tahun ini kami rumuskan melalui musyawarah desa apa saja kebutuhannya. Agar kami siap jadi desa wisata pada tahun depan," ujar Suharto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya