Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan telah mengirim undangan kepada pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk berkunjung ke Washington DC pada musim gugur mendatang.
Dijelaskan oleh juru bicara resmi Gedung Putih, Sarah Sanders, pembahasan tentang undangan tersebut sudah mulai berlangsung.
Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (20/7/2018), kedua pemimpin mengadakan pertemuan puncak di Finlandia pada Senin 16 Juli, dengan hanya sedikit rincian yang dikemukakan ke publik, di mana dinilai oleh banyak pengamat sebagai hal "mudah ditebak".
Namun, kontroversi telah menyeruak di KTT Helsinki, di mana Donald Trump justru menunjukkan dukungan terkait bantahan Rusia pada tuduhan campur tangan dalam pemilu presiden AS 2016.
Presiden Trump juga mengatakan di hadapan media pada Kamis, 19 Juli 2018, bahwa pertemuannya dengan Putin "berjalan sukses", dan ia mengaku tidak sabar menantikan pertemuan kedua negara selanjutnya.
Baca Juga
Advertisement
Di sisi lain, Direktur Intelijen Nasional AS, Dan Coats, disebut terkejut mendengar kabar tentang undangan Trump kepada Putin.
Dalam sesi wawancara di Forum Keamanan Aspen di negara bagian Colorado, Dan Coats menanggapi kabar terkait dengan tertawa, dan berkata: "Saya pikir itu akan menjadi (hal) istimewa."
Ditambahkan oleh Coats, bahwa dirinya belum tahu secara keseluruhan, apa yang dibahas oleh Donald Trump dan Vladimir Putin dalam pertemuan bilateral pertama mereka di Helsinki.
Sementara itu, pemimpin Senat Demokrat AS, Chuck Schumer, meminta Presiden Trump segera membeberkan apa yang telah ia diskusikan dengan Putin.
"Sampai kami tahu apa yang terjadi pada pertemuan dua jam di Helsinki, presiden seharusnya tidak lagi memiliki interaksi satu lawan satu dengan Putin. Di Amerika Serikat, di Rusia, atau di mana pun," katanya dalam sebuah pernyataan.
Simak video pilihan berikut:
Menteri Pertahanan AS-Rusia Segera Bertemu
Di lain pihak, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis, mengatakan bahwa dirinya mungkin akan menggelar pertemuan terbuka dengan Menhan Rusia Sergey Shoigu, menyusul pertemuan pemimpin dua negara ini di Helsinki.
Apabila benar adanya, maka tatap muka Mattis dan Shoigu merupakan perjumpaan pertama sejak 2015.
"Mattis terbuka untuk pembicaraan itu. Namun ada dua kemungkinan perbincangan yang dilakukaan mereka, bertemu secara langsung atau melalui telepon," kata dua pejabat AS yang enggan disebut namanya, seperti dikutip dari Sputnik pada Rabu, 18 Juli 2018.
Pekan lalu, Shoigu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia, Il Giornale, bahwa ia sangat yakin semua perselisihan harus diselesaikan secara damai dan tanpa menggunakan kekuatan militer.
"Saya yakin bahwa setiap masalah dapat dan harus diselesaikan tanpa menggunakan kekuatan militer. Saya telah berulang kali mengundang pimpinan Pentagon untuk membahas masalah-masalah keamanan global dan regional yang ada, termasuk perang melawan terorisme," papar Shoigu kepada koran itu.
Tetapi menurutnya, Amerika Serikat tidak siap untuk berdialog mengenai hal tersebut.
Pembicaraan terakhir antara menteri pertahanan Amerika Serikat dan Rusia terjadi pada tahun 2015, ketika Shoigu berbincang dengan Ashton Carter. Dua pejabat militer senior itu kemudian menyetujui bahwa kedua negara akan melanjutkan kontak militernya dan melanjutkan diskusi mengenai resolusi damai terhadap krisis Suriah.
Advertisement