Liputan6.com, Jakarta - Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pusidrosal) tengah melakukan investigasi terhadap penyebab kebocoran pipa gas bawah laut milik China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) di perairan Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Hasil dari investigasi dari Pusidrosal tersebut akan melengkapi data penyelidikan yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian.
"Saya hanya memberikan keterangan sebagai saksi ahli. Ini nanti akan di kroscek dengan bukti lain," kata Laksamana Muda Harjo Susmoro, Kapus Hidrosal, di Kota Cilegon, Banten, Jumat (20/07/2018).
Baca Juga
Advertisement
Ia melanjutkan, jika seluruh penyelidikan terhadap kebocoran pipa yang terjadi pada 9 Juli 2018 lalu selesai maka akan dilanjutkan dengan perbaikan. Namun memang, untuk bisa menyelesaikan penyelidikan tersebut harus dengan barang bukti yang cukup.
"Segera, jika menurut penyidik menyatakan cukup bukti, maka akan disambung kembali," terangnya.
Untuk perbaikan pipa gas dasar laut, dibutuhkan waktu sekitar dua bulan.
"Makanya tadi diputusin, segera selesai (investigasi) dan segera disambungkan. Nanti dari hambatan yang ada, kita bikin detil engineering," kata Untung, perwakilan dari PT CNOOC, ditempat yang sama, Jumat (20/07/2018).
Pipa gas milik PT CNOOC itu memasok gas ke PLTGU Cilegon. Akibat terputusnya pipa tersebut, pasokan gas sementara terhenti dan hanya mengandalkan gas dari PGN.
Akibatnya, satu turbin pembangkit listrik milik PLTGU Cilegon untuk sementara berhenti, hingga pasokan gas kembali normal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pipa Gas Bocor di Perairan Banten, PLN Rugi Rp 7 Miliar per Hari
Sebelumnya, pipa gas di Perairan Bojonegara, Serang, yang mengalami kebocoran berimbas dihentikannya pasokan aliran gas ke salah satu unit turbin Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) untuk menghentikan kebocoran gas ke laut.
Atas kebocoran pipa gas ini, PLTGU Cilegon mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 7 miliar per harinya. Ini lantaran tidak berproduksinya satu turbin pembangkit listrik mereka.
"Hitungan per hari. Kerugian kita 350 juta perangkat jam. Sekitar Rp 7 miliar lebih," kata General Manager (GM) PLTUG Cilegon, Irwan Edi Syahputra Lubis, saat ditemui dikantornya, Selasa (10/7/2018).
Turbin listrik yang mati itu menghasilkan total 350 Mega Watt (MW). Di mana, 240 MW dihasilkan dari turbin utama dan 110 MW dihasilkan dari stim turbin.
Meski begitu, Irwan menjamin pasokan listrik untuk wilayah Jawa-Bali-Madura, terutama kawasan Banten Utara, Banten Barat dan Banten Selatan, dapat tetap terlayani.
"Tentunya pasokan berkurang. Alhamdulillah tidak ada pemadaman. Karena di jalur kita ada tiga sumber, PLTGU Cilegon, PLTU labuan dan IBT (interbus transformator)," terang Irwan.
Pasokan listrik dari ketiganya, dapat terus mengaliri listrik ke konsumen tegangan tinggi dan rendah selagi kebocoran pipa gas belum teratasi. Dan juga selama tidak dalam masa perawatan.
"Batas maksimalnya enggak ada. Jadi selama seluruh sumber ini tidak terjadi pemeliharaan atau gangguan stok, jadi tidak akan ada masalah," jelas Irwan.
Advertisement