Kisah Mashuri, Gaya Menabung Produktif Untuk Berhaji

Hasilnya menarik becak dibelikan ternak secara bertingkat dan terus meningkat, hingga berpuncak pada pembelian sawah. itulah yang memudahkannya membayar beaya naik haji.

oleh Felek Wahyu diperbarui 21 Jul 2018, 11:00 WIB
Mashuri. Memiliki gaya menabung produktif dari hasil menarik becak sehingga bisa berhaji. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Liputan6.com, Grobogan - Ibadah haji bisa menjadi sebuah kekuatan dahsyat ketika orang menginginkannya. Apalagi keinginan itu dirasa tak mungkin. Inilah kisah Mashuri, tukang becak dengan gaya menabung klasik namun produktif.

Namanya Mashuri. Profesinya tukang becak. Kesehariannya tinggal di Dusun Bendo, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan.

Musim haji tahun 2018 ini, mungkin menjadi satu-satunya kesempatan baginya berangkat haji. Maklum usianya sudah 62 tahun. Mashuri dan Siti Patminah, akhirnya bisa sujud syukur karena benar-benar bisa berangkat haji.

Mashuri bercerita bahwa ia naik haji setelah menabung dan mendaftar sejak tahun 2011. Ia nyaris berangkat tahun 2017, namun terkena pembatasan kuota sehingga masuk daftar tunggu.

"Dari sebelum menikah, saya sudah narik becak," kata Mashuri.

Hasil menjadi tukang becak itu awalnya ditabung dan dibelikan kambing. Setelah kambing berbiak, kambing itupun dia jual dan dibelikan sapi. Sapi yang ia miliki rupanya juga harus dilepas.

""Sapi saya jual, saya tambahi tabungan sehingga bisa membeli sepetak sawah," kata Mashuri menjawab pertanyaan trik-nya menabung sehingga bisa membayar biaya haji.

Simak video menarik berikut di bawah:

 


Sempat Masuk Daftar Tunggu

Ibadah salat selalu dilakukan di masjid oleh Mashuri, di sela-sela aktivitasnya menarik becak. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Sejak memiliki sawah, selain menarik becak, ia juga berprofesi sebagai petani. Menurutnya, sehabis menggarap sawah, ia selalu menyempatkan diri pergi ke Pasar Umum Purwodadi untuk menarik becak.

"Pulang dari sawah, biasanya langsung ke pasar nyari penumpang. Biasanya nganter di dalam kota saja. Lumayan bisa terkumpul sedikit demi sedikit," katanya.

Keinginannya pergi beribadah haji tak terbendung saat anak-anaknya sudah berumah tangga. Maka tahun 2011 kakek delapan cucu ini mendaftar.

"Tahun kemarin gak jadi berangkat. Alhamdulillah, tahun ini bisa berangkat,"  kata Mashuri.

Sementara itu, Siti Patminah, sang istri mengaku bahagia dengan kepastian keberangkatannya ke tanah suci. Mereka berdua akan berangkat haji ke tanah suci dengan kloter 75.

"Berangkat hari ini, tanggal berapa ini, 20 Juli 2018 ya. Jam 12 siang dari pendopo kabupaten. Ini segala perlengkapan sudah siap semuanya," kata Siti Supatmi.

 


Membuka Tabungan

Mashuri selalu menyempatkan berkumpul dengan cucunya di sela menarik becak dan bertani. (foto : Liputan6.com / felek wahyu)

Bulatnya tekad Mashuri pergi haji diawali dari keinginan Siti Supatmi yang menyampaikan keinginannya. Mashuri setuju dan sejak kalimat persetujuan terucap dari bibirnya, ia konsekwen menabung.

Seperti ditulis di bagian depan, ia sengaja menabung dengan memelihara ternak dan akhirnya membeli sawah agar bisa produktif. Siti Supatmi dalam doanya usai salat juga selalu menyelipkan keinginannya berhaji.

"Mumpung anak sudah berkeluarga semua. Alhamdulillah suami setuju,"  kata Siti Supatmi.

Saatnya tiba. Tabungan dibuka. Caranya?

"Sawah yang memang diniatkan sebagai tabungan hasil menarik becak itu kami jual sebagai ongkos. Alhamdulillah hanya tinggal menambah Rp 300 ribu saja," kata Supatmi.

Trik menabung gaya Mashuri dan Siti Supatmi ini barangkali bisa dicontoh. Pengalaman mereka menjadi penegas bahwa keinginan bisa dikonversi menjadi kenyataan sesulit apapun rintangannya, dengan modal ketekunan dan kesungguhan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya