Cerita Milly Ratudian, Maju Caleg PSI karena Gregetan Lihat Praktik Korupsi

Partai Solidaritas Indonesia PSI mengusung sejumlah nama baru sebagai caleg di Pemilu 2019.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 21 Jul 2018, 04:40 WIB
Caleg PSI Milly Ratudian Purbasari.

Liputan6.com, Jakarta Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengusung sejumlah nama baru sebagai caleg di Pemilu 2019. Salah satunya adalah Milly Ratudian Purbasari. Dia maju DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat).

Sosok Milly Ratudian dikenal jauh dari dunia politik. Ia seorang arsitek. Menjadi arsitek merupakan cita-citanya sejak kecil. Itu semua berawal dari hobi bermain lego dan menggambar rumah. Selulus SMA, dia kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Parahyangan.

Latar belakang sebagai arsitektur membawa Milly bergabung dengan berbagai operator hotel besar.

Sibuk dengan karier profesional tidak membuat Milly jauh dari aktivitas sosial. ibu dua anak ini tergabung dalam gerakan “Save Babakan Siliwangi” untuk menyelamatkan Babakan Siliwangi sebagai hutan kota di Bandung.

Indonesia Berkebun juga merupakan komunitas yang ia turut bangun. Kemudian menjadi relawan di Komunitas Keluarga Kita yang turut aktif mengadakan kelas parenting di Jakarta.

Dulu alasan Milly aktif di komunitas karena tidak percaya dengan politik.

"Dalam anggapan saya, di politik, kebanyakan orang haus akan kekuasaan saja. Sementara di komunitas relawan, yang menjadi tujuan bukan uang dan kekuasaan," ujarnya, Jumat 20 Juli 2018.

Namun, pada akhirnya, dia merasa perlu masuk ke dalam sistem untuk melakukan perubahan. Milly ingin perbaikan melalui dunia pendidikan. Bagi dia, selama ini korupsi dan intoleransi menjadi akar permasalahan yang menghambat kemajuan Indonesia di berbagai bidang, khususnya pendidikan.

Kehadiran PSI membuat dia berubah pikiran soal politik.

"Saya sangat antikorupsi. PSI jelas mengembangkan misi itu. Saya juga melihat PSI membawa cara baru dalam politik. Buat saya, ini bisa membawa perubahan di perpolitikan Indonesia,” kata perempuan kelahiran Bandung pada 1984 ini.

Keputusan Milly maju politik pun mendapat dukungan dari sahabatnya yang juga sudah lebih dulu berada di Senayan, Meutya Hafid.

"Saya kaget Milly masuk politik, karena saya tahu dia sangat profesional, juga sangat idealis. Sebuah kombinasi yang jarang di politik. Apalagia ia perempuan. Tapi politik memerlukan Milly, yang tidak hanya mewakili perempuan tetapi juga perspektif dari anak muda,” ujar Meutya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya