Liputan6.com, Mojokerto - Mas Hanum Dwi Aprilia (17), siswi SMAN 1 Gondang, Kabupaten Mojokerto, mengalami gangguan fungsi gerak pada kedua kakinya yang diduga kondisi itu dialami setelah mendapat hukuman fisik berupa squat jump saat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler (ekskul) di sekolahnya.
Sugiono, ayah Hanum, menuturkan, dirinya tidak mengetahui persis apa yang menimpa putrinya. Selain bersekolah, anak perempuannya tersebut juga menjadi santri di Pondok Pesantren Al Ghoits, Desa Ketegan, Kecamatan Gondang, Mojokerto.
"Jumat, 13 Juli kemarin, saya mendapatkan telepon. Kabarnya, anak saya mengeluh badannya sakit semua," tuturnya, Sabtu (21/7/2018).
Baca Juga
Advertisement
Oleh sebab itu, pihak keluarga menjemput Hanum dari pondok untuk pulang ke rumahnya di Krian, Sidoarjo pada Sabtu, 14 Juli 2018. Saat itu, Hanum belum mengalami tanda-tanda gangguan serius pada tubuhnya.
"Selang satu hari, anak saya diantarkan kembali ke pondok. Karena pada Senin 16 Juli, sudah mulai aktif hari pertama sekolah di tahun ajaran baru ini," katanya.
Dia tidak menyangka bahwa kondisi putrinya semakin memburuk. Hanum mulai mengalami kesulitan untuk melangkahkan kakinya. Siswi kelas XI IPS 2 SMAN 1 Gondang, Mojokerto itu harus dibopong oleh teman-temannya untuk sekadar pergi ke kamar mandi.
"Selama beberapa hari terakhir, anak saya sudah tak mampu lagi untuk berdiri. Hanya bisa selonjoran atau berbaring, bangun sudah tidak bisa," ucapnya.
Semakin hari kondisi putrinya kian menurun. Hingga akhirnya, pada Rabu 18 Juli, kedua kaki Hanum sudah nyaris tidak bisa digerakkan. Untuk beranjak dari tempat tidur pun sudah tak lagi bisa dilakukan.
"Karena merasa khawatir mengalami cedera serius, saat itu juga pihak pondok pesantren melarikannya ke pijat alternatif Sangkal Putung di Desa Pandanrum, Kecamatan Pacet," ujarnya.
Telat Datang Ekskul
Sugiono menuturkan dia sempat diceritakan awal keluhan yang dialami anaknya. Menurutnya, hal itu mulai dirasakan anaknya setelah mengikuti kegiatan ekskul di sekolah. Diduga karena putrinya terlambat hadir sesuai jadwal, Hanum harus menjalani sanksi hukuman dari teman ekskulnya sendiri.
"Katanya habis latihan di sekolah. Tapi karena terlambat, diberi hukuman," tuturnya.
Dari pengakuan putrinya, hukuman yang dijalani berupa hukuman fisik dengan melakukan squat jump. Dirinya tidak mengetahui pasti berapa kali anaknya melakukan squat jump. "Kata Hanum, squat jump. Tapi berapa jumlahnya saya tidak tahu," katanya.
Dirinya mengaku sudah didatangi oleh pihak sekolah, kemarin. Kedatangan guru-guru tersebut untuk menjenguk anak didiknya yang kini masih dirawat di pengobatan alternatif Sangkal Putung, Desa Pandanarum, Pacet.
Sugiono mengatakan belum menanyakan cukup detail perihal penyebab hukuman yang dialamatkan ke putrinya karena kini dia hanya fokus terhadap kesembuhan anaknya.
"Kondisi anak saya kini tidak bisa menggerakkan kedua kakinya dan mengeluh sakit pada bagian punggung," ujarnya.
Dari data yang dihimpun, kejadian itu terjadi sepekan yang lalu. Pada Jumat, 14 Juli 2018. Hanum bersama puluhan temannya mengikuti kegiatan ekskul Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) di SMAN 1 Gondang.
Saat itu siswi asal Krian, Kabupaten Sidoarjo itu terlambat datang tepat waktu. Akibatnya, dia mendapat sanksi dari teman kelompok ekskulnya sendiri berupa hukuman fisik squat jump.
Advertisement