Waspada Gelombang Tinggi, Menhub Akan Perketat Syarat Pelayaran

Masyarakat diimbau menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jul 2018, 17:07 WIB
Nelayan pilih tambatkan perahu saat gelombang tinggi terjadi di pantai selatan Jawa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memberikan peringatan terkait gelombang tinggi di perairan Indonesia.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, saat ini situasi gelombang laut memiliki kecenderungan meningkat. Dia mengimbau daerah-daerah yang berada di garis pantai Samudera Hindia untuk selalu waspada terutama dalam transportasi dan pelayaran.

"Ada satu kecenderungan secara masif terjadi sampai Oktober suatu waktu timbul kemungkinan ombak gelombang di daerah tersebut. Bahkan secara detail BKMG akan memberikan satu rekomendasi dari minggu ke minggu terhadap daerah-daerah yang secara khusus ditandai akan terjadi ombak gelombang," kata Menhub Budi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (22/7/2018).

Dia meminta seluruh syahbandar untuk memberikan syarat-syarat yang lebih ketat dan memberikan satu pemahaman baik kapal penumpang, logistik dan tidak terkecuali pada kapal nelayan.

"Secara khusus di daerah lautan Hindia banyak nelayan. Secara koordinatif belum maksimal, oleh karenanya informasi yang kita sampaikan hari ini kiranya bisa memberikan satu informasi yang sangat cair, mudah dimengerti," ujar Budi Karya.

"Karena kita ingin sekali saudara-saudara kita yang memang selama ini hanya mengetahui ilmu-ilmu kelautan dari nenek moyang itu ada kecenderungan yang tidak sama. Oleh karenanya pemahaman itu harus diberikan pada saudara kita," imbuhnya.

Dia memperingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi kecelakaan laut akibat gelombang tinggi yang dapat terjadi.

Masyarakat juga diimbau menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda. Selain itu, masyarakat dan kapal-kapal terutama perahu nelayan dan kapal-kapal ukuran kecil agar tidak memaksakan diri melaut serta tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran.

BMKG sebelumnya memberikan peringatan dini gelombang tinggi. Pada 19 Juli 2018, ketinggian gelombang mencapai 6 meter.


Ketinggian Gelombang Sampai 6 Meter

Perahu nelayan parkir seiring gelombang tinggi (Liputan6.com / Yanuar)

BMKG memberikan peringatan dini mengenai gelombang tinggi. Pada 23-28 Juli 2018, diperkirakan terjadi gelombang tinggi dengan ketinggian 2,5 sampai 6 meter dan puncak gelombang ekstrem diperkirakan terjadi pada 24-25 Juli 2018.

Berikut prakiraannya: 

Prakiraan tinggi gelombang laut di perairan Indonesia pada 23 - 28 Juli 2018 antara lain:

Tinggi Gelombang 1,25 sampai 2,5 meter (sangat waspada). Berpeluang terjadi di Laut Jawa bagian timur, perairan timur Kotabaru, Selat Makassar bagian selatan, Laut Flores, Perairan Baubau Kepulauan Wakatobi, Laut Banda, Perairan selatan Pulau Buru P Seram, Perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru, Perairan Kepulauan Babar-Kepulauan Tanimbar, Perairan barat Yos Sudarso, Laut Arafuru, Perairan Jayapura.

Tinggi Gelombang 2.5 sampai 4 meter (berbahaya) berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Pulau Sumbawa, Selat Bali Selat Lombok Selat Alas bagian selatan, Perairan selatan P.Sumba, Laut Sawu, Perairan selatan Pulau Rote.

Pada 24 hingga 25 Juli 2018 berpeluang terjadi peningkatan tinggi gelombang menjadi 4 sampai 6 meter (Sangat Berbahaya). Berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Samudra Hindia barat Sumatra, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Pulau Sumba, Selat Bali Selat Lombok Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTB.

BMKG menyatakan, kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudra Hindia (barat Australia) atau disebut dengan istilah Mascarene High memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia.

Hal ini dikarenakan kecepatan angin yang tinggi di sekitar wilayah kejadian Mascarene High di Samudra Hindia (barat Australia) dan terjadinya swell/alun yang dibangkitkan oleh Mascarane High menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatra, Selatan Jawa hingga Pulau Sumba.

Kondisi tersebut juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 4 hingga 6 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

 

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya