Liputan6.com, Moskow - Para teknisi Rusia baru-baru ini mulai mengerjakan pesawat Porubshik-2 generasi baru untuk peperangan elektronik.
Model itu adalah modernisasi dari Il-22 Porubshik yang dirancang untuk 'membutakan' jet, bomber, dan sistem pertahanan udara berbasis darat milik musuh, dengan cara mengganggu sinyal elektronik mereka.
Baca Juga
Advertisement
"Dalam peperangan modern, kebanyakan senjata berinteraksi dengan navigasi satelit. Pertama-tama, satelit menyediakan gambar dari medan perang ke pos komando, mereka juga menyediakan navigasi GPS untuk pesawat, dan yang paling penting mereka mengarahkan misil ke target mereka," kata Dmitry Safonov, mantan analis militer surat kabar Izvestia, seperti dikutip dari RBTH Indonesia, Senin (23/7/2018).
"Senjata yang akurat sangat penting dalam konflik modern. Di tahun-tahun mendatang kekuatan destruktif mereka akan dapat dicocokkan dengan nuklir. Jadi kuncinya adalah membuat calon musuh Anda tak bisa menggunakan senjata semacam itu."
Penampilan Baru
Badan dan penampilan keseluruhan pesawat itu saat ini sedang dirancang ulang, dan para ahli dari Rusia percaya versi ini akan jauh lebih besar daripada model sebelumnya.
"Sistem elektronik yang mampu 'mematikan' satelit atau hanya mengganggu mereka membutuhkan banyak energi dan pembangkit listrik yang mencukupi. Jadi, ia membutuhkan banyak ruang internal dan kerangka yang memadai. Sistem baru ini mungkin akan didasarkan pada pesawat transportasi militer Il-276," Viktor Murahosky, pemimpin redaksi majalah Rusia Arsenal Otechestva kepada RBTH.
Il-276 adalah pesawat transportasi menengah yang mampu mengangkut hingga 12 ton kargo sejauh 2.700 km, dan terbang dengan kecepatan 870 km/jam. Setiap pesawat berharga sekitar 40 juta dolar AS (Rp 581,4 miliar).
Simak video pilihan berikut:
Rusia Ungkap Drone Tempur Perdana
Selain pesawat tempur elektronik, Rusia juga telah mengungkap pesawat nirawak atau drone tempur perdana mereka dalam latihan umum akbar persiapan Parade Hari Kemenangan Uni Soviet pada Perang Dunia II, yang berlangsung di Moskow, Minggu, 6 Mei 2018.
Drone bernama Corsair itu diklaim mampu membawa bom dan misil serta melakukan operasi pengintaian. Demikian seperti dikutip dari media terafiliasi pemerintah Rusia, RBTH Indonesia pada 7 Mei 2018.
Corsair hadir dalam dua tipe. Tipe pertama adalah drone berbentuk pesawat berbobot 200 kilogram dengan lebar sayap 6 meter yang terbuat dari materi komposit.
Alutsista itu dirancang untuk misi pengintaian, pengiriman kargo, target pengeboman dengan senjata berpandu dan tak berpandu, serta perang elektronik.
Tipe Corsair kedua adalah drone berbentuk helikopter tempur dengan fungsi dan persenjataan yang sama dengan pesawat.
"Corsair 2 dapat digunakan dalam berbagai situasi dan akan dapat mendarat di mana saja, bahkan di kapal di tengah laut," kata Viktor Murahovsky, pemimpin redaksi majalah Homeland Arsenal, mengatakan kepada RBTH.
Drone adalah tambahan penting bagi militer Rusia karena pesawat tak berawak saat ini merupakan tren utama dalam pertempuran militer dan banyak mesin serupa sedang dikembangkan oleh militer di seluruh dunia, ujar analis militer Dmitry Safonov kepada RBTH.
"Mereka banyak digunakan selama operasi militer AS - NATO di Afganistan. Pada saat yang sama, mereka dikecam keras atas banyaknya jumlah korban sipil karena informasi intelijen dan operator keliru yang menyerang penduduk, karena mereka tidak bisa membedakan mana teroris dan mana orang biasa. Mari kita lihat seberapa baik tentara Rusia membuat drone-nya sendiri," kata Safonov.
Safonov, Murahovsky, dan sejumlah pakar Rusia lain percaya bahwa drone baru itu akan diikutkan dalam pertempuran di Suriah dalam beberapa bulan mendatang.
Advertisement