Liputan6.com, New York - Pesawat jet supersonik yang mampu terbang dari London ke New York dalam waktu kurang dari empat jam, dapat diperluas untuk menjangkau ratusan kota di seluruh dunia, menggantikan proyek Concorde yang tidak ramah lingkungan.
Rencana ambisius yang digarisbawahi oleh Blake Scholl, pendiri dan CEO Boom Supersonic, akan melihat opsi perjalanan supersonik yang lebih mudah dan murah dijangkau oleh penduduk Bumi.
Di bawah proyeksinya, sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu (22/7/2018), pesawat terkait kemungkinan dapat diproduksi sebanyak 2.000 unit, yang digunakan di lebih dari 500 rute mengitari Bumi.
"Kami fokus pada percepatan perjalanan lintas samudra panjang," kata Scholl di sela-sela penyelenggaraan pameran dirgantara Farnborough Airshow 2018.
"Kami ingin harga tiket pesawat turun sehingga siapa pun bisa terbang dengan cepat dan efisien," lanjutnya optimis.
Baca Juga
Advertisement
Perusahaan ini menjanjikan harga kurang dari 2.000 pound sterling (setara Rp 37 juta) untuk tiket satu arah dari London ke New York, untuk terbang sekitar tiga jam lebih cepat dari durasi normal saat ini.
Harga tiket tersebut sebanding dengan biaya yang harus dibayarkan untuk kursi kelas bisnis, yang ada pada pesawat subsonik konvensional.
"Ini bukan jet pribadi untuk masyarakat kaya," Scholl bersikeras, menambahkan bahwa perjalanan kecepatan tinggi menjadi prioritas bagi penumpang umum.
Sebuah jet supersonik telah siap untuk diujicobakan pada tahun depan, dan diharapkan mampu terbang secara komersial pada 2025 mendatang.
Pengujian prototipe pesawat canggih yang diproduksi di kota Denver, negara bagian Colorado itu, akan dilakukan dari Mojave Air & Space Port di selatan California.
Pesawat dengan kapasiats 55 kursi itu didukung oleh tiga mesin turbojet, yang telah mengalami lebih dari 1.000 simulasi uji terowongan angin.
Simak video pilihan berikut:
Tersandung Beberapa Kendala
Proyek ambisius ini telah mendapat dukungan dari dua maskapai penerbangan terkemuka dunia, yakni Virgin Atlantic dan Japan Airlines.
Tetapi, kekhawatiran tentang kelayakan finansial perjalanan supersonik itu, dan dampak lingkungannya, masih menjadi menjadi persoalan serius yang belum terpecahkan dengan sempurna.
Sebuah studi oleh International Council on Clean Transportation telah memperingatkan bahwa penerbangan penumpang supersonik tidak mungkin memenuhi standar efisiensi bahan bakar, polusi dan kebisingan yang ada.
Amerika Serikat mencari standar lebih longgar untuk jet ultra-cepat, sementara negara-negara Eropa menekan aturan ketat, termasuk pada kebisingan.
Namun, Scholl menolak kekhawatiran bahwa generasi baru pesawat akan meledakkan target polusi udara dan kebisingan.
"Concorde adalah gas guzzler," kata Scholl.
"Sejak itu ada kemajuan besar dalam desain dan material mesin. Jet supersonik tidak perlu lebih keras dari jet lainnya; Concorde adalah teknologi tahun 1960-an," lanjutnya berargumen.
Jet supersonik itu, menurut Scholl, akan melakukan perjalanan 90-95 persen dari rute mereka di atas laut, guna menghindari pembatasan kebisingan terbang di atas tanah.
Advertisement