Cerita Guru Besar University of London Jatuh Cinta dengan Wayang Cirebon

Lebih dari 30 tahun Matthew Issac Cohen menggeluti dunia dalang dan pewayangan Cirebon.

oleh Panji Prayitno diperbarui 23 Jul 2018, 08:31 WIB
Matthew Issac Cohen, Guru besar dan profesor bidang International Theatre di Royal Holloway, University of London sangat mencintai seni dalang dan pewayangan Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Tepuk tangan meriah membahana ketika suluk terucap dari Matthew Isaac Cohen, Guru besar dan profesor bidang International Theatre di Royal Holloway, University of London. Ia yang berkebangsaan Amerika Serikat itu sangat fasih dan tak canggung mendalang. Wayang Cirebon adalah salah satu yang ia kuasai. 

Membawkan lakon Mintaraga di halaman kantor Desa Gondangsari Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, penampilan Matthew pada Minggu, 22 Juli 2018 membawa sihir. Bahasa Jawa Cirebonan sebagai bahasa pengantar, sangat ia kuasai.

"Sekarang saya berdomisili di Inggris dan sudah lebih dari 30 tahun saya menggeluti dunia pewayangan," kata Matthew.

Dia mengaku sudah puluhan tahun menekuni budaya Indonesia khususnya wayang dan pedalangan. Awal mula ketertarikannya mendalami seni Wayang Jawa sejak ia mendapat beasiswa Fulbright tahun 1988. Wayang Cirebon menjadi salah satu hal khusus yang ia pelajari sepenuh hati, sepenuh jiwa.

Kegemaran Matthew di dunia teater membawanya menyelami khazanah budaya pewayangan di Jawa. Saat ini, ia terus mengabdikan diri di dunia seni dalang.

"Saya suka dalang dan pewayangan Cirebon dan saya cinta Cirebon," ujar dia.

Kecintaannya terhadap seni pewayangan dan dalang Cirebon membuat Matthew turut mempromosikannya ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika.

Saksikan video pilihan berikut di bawah:


Melalui Penelitian

Matthew Issac Cohen, Guru besar dan profesor bidang International Theatre di Royal Holloway, University of London sangat mencintai seni dalang dan pewayangan Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Matthew sempat belajar ilmu pedalangan dan pewayangan di Intitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Beberapa tahun kemudian, ia pun mendirikan sebuah sanggar seni, lengkap dengan Nayaga.

"Saya menghabiskan waktu untuk mempelajari seni pewayangan, terutama Cirebonan," ujar Matthew.

Selain berprofesi menjadi dalang, Matthew juga kerap mengenalkan kepada mahasiswa dan pegiat seni di Inggris tentang seni pertunjukan Wayang di Indonesia.

Menurut dia, mahasiswa dan masyarakat Inggris umumnya menanggapi seni wayang dengan respon positif. Bahkan warga Eropa tertarik belajar memainkan alat musik gamelan dan wayang.

"Respon warga Inggris dan Amerika sangat baik, tapi jarang di sana ada Wayang. Mereka sudah banyak belajar. Apalagi, sekarang sudah ada peringatan Dalang International Festival," ujar dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya