Anak-anak Rohingya bermain sepak bola di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Piala Dunia 2018 mungkin sudah berakhir, namun demam pesta akbar sepak bola itu masih terasa di kamp pengungsi terbesar di dunia. (AFP/Munir UZ ZAMAN)
Anak-anak Rohingya bermain sepak bola di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Bendera Argentina dan Brasil bahkan masih berkibar berdampingan dengan bendera Bangladesh di kamp pengungsi terbesar di dunia. (AFP/Munir UZ ZAMAN)
Seorang anak Rohingya mengenakan jersey timnas Brasil sambil memegang bola di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Bagi pengungsi anak-anak Rohingya, Piala Dunia 2018 ini adalah ajang pertama bagi mereka. (AFP/Munir UZ ZAMAN)
Bendera Brasil berkibar di atas penampungan sementara Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Demam Piala Dunia 2018 masih terasa di kamp yang menampung hampir satu juta pengungsi Rohingya itu. (AFP/Munir UZ ZAMAN)
Anak-anak Rohingya bermain sepak bola di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Bendera Argentina dan Brasil bahkan masih berkibar berdampingan dengan bendera Bangladesh di kamp pengungsi terbesar di dunia. (AFP/Munir UZ ZAMAN)
Seorang penggemar Neymar, Mohammad Jahangir Alam menunjukkan keterampilan sepak bolanya di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Jahangir Alam mencukur rambut dan mewarnainya dengan gaya pemain bola Brasil itu. (AFP/Munir UZ ZAMAN)
Anak-anak Rohingya bermain sepak bola di kamp pengungsi Kutupalong di Ukhia, Bangladesh, 19 Juli 2018. Bagi banyak pengungsi anak-anak Rohingya di Bangladesh, Piala Dunia 2018 kali ini adalah ajang pertama bagi mereka. (AFP/Munir UZ ZAMAN)