Misteri Tumpahan Minyak di Pantai Balikpapan

Pertamina kerap jadi pihak tertuduh dalam kasus tumpahan minyak di pantai Balikpapan.

oleh Abelda RN diperbarui 23 Jul 2018, 14:00 WIB
Limbah minyak yang ditemukan di Pantai Melawai Balikpapan. (Liputan6.com / Abelda Gunawan)

Liputan6.com, Balikpapan - Ada genangan bahan beracun berbahaya (B3) minyak di Pantai Melawai, Balikpapan, Kalimantan Timur. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas tumpahan limbah minyak yang sekian kalinya ada di pantai Balikpapan ini.

"Keberadaan limbah minyak sudah terlihat sejak dua hari di Pantai Melawai dan sekitarnya," kata Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Pradharma Rupang, Senin (23/7/2018).

Di kawasan pantai Balikpapan acap kali dijumpai limbah minyak yang entah asalnya dari mana. Minimal setahun sekali ada saja laporan soal temuan limbah minyak yang terkumpul di pantai.

"Laporan soal temuan limbah minyak sudah ada sejak lama, tapi tidak diketahui siapa pelakunya," keluhnya.

Namun dua tahun terakhir, Pradharma menyebutkan adanya dua kasus tumpahan minyak yang sumbernya dari Pertamina. Pertama adalah ceceran pembersihan Pertamina yang merembes hingga wilayah pantai sekitar, sekitar Mei setahun lalu.

Adapun kasus kedua adalah yang paling menghebohkan serta memakan tiga korban jiwa. Sebanyak 5 ribu kiloliter minyak mentah terbakar hebat serta mencemari kawasan seluas 13 ribu hektare perairan teluk dan sekitarnya.

Atas temuan dua kasus itu, Pradharma menduga Pertamina pelaku pencemaran ketiga kalinya di Balikpapan. Ia mengaku patut menaruh prasangka negatif pada Pertamina berdasarkan rekam jejaknya selama ini di perairan Teluk Balikpapan.

"Lokasinya masih berada di kawasan Pertamina, Makanya saya langsung menyebut Pertamina harus bertanggung jawab," tukasnya.

Terkair rentetan tiga kasus pencemaran ini, Pradharma meminta pemerintah mengaudit menyeluruh standar operasional prosedur berikut peralatan dimiliki Pertamina. Ia kecewa dengan keteledoran Pertamina yang berulang kali melanggar aturan keselamatan migas.

"Semestinya keberadaan operasi Pertamina di Teluk Balikpapan dievaluasi ulang, kalau perlu dihentikan sementara. Sudah keterlaluan dan tidak belajar dari kesalahannya," sesalnya.

Jatam Kaltim meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melayangkan gugatan kerusakan lingkungan ditujukan Pertamina. Gugatan diharapkan bisa memberikan efek jera sehingga serius dalam peningkatan profesionalisme kerja.

"Kerusakan lingkungan di perairan Teluk Balikpapan sudah terjadi, kawasan hutan bakau mati dan empat titik terumbu karang juga sudah hancur akibat tumpahan minyak mentah," ungkapnya.

Enggan kecolongan, KLHK sigap menerjunkan tim penegakan hukum menginvestigasi tumpahan minyak ini. Mereka mengumpulkan barang bukti dan keterangan (pulbaket) guna kepentingan penyelidikan lebih lanjut.

"Kami sedang melaksanakan tahap pulbaket untuk cek kandungan zatnya," kata Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan, Tri Bangun Laksono.

Investigasi menelusuri kandungan jenis tumpahan minyak berikut sumbernya lewat uji laboratorium.

Bukan hanya itu, Pemkot Balikpapan turut dipusingkan limbah minyak yang terus menghantui perairan setiap tahunnya. Apalagi, mereka mengakui tidak punya kontrol mendeteksi siapa ladang di balik pembuangan limbah B3 ini.

"Bisa jadi pelakunya adalah kapal-kapal yang sering lewat di perairan sini. Harus diakui pula penanganan limbah B3 ini butuh biaya besar dan cara paling mudah adalah langsung membuangnya ke laut," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, Suryanto.

 


Pasang CCTV

Suryanto pun meminta foto citra satelit dari Lapan bertepatan waktunya saat terjadi tumpahan minyak. Foto ini diharapkan bisa menunjukan sumber titik awal tumpahan minyak Teluk Balikpapan.

"Fotonya pastinya akan terlihat pusat tumpahan minyak, nanti disesuaikan dengan data KSOP (Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan) Balikpapan tentang titik kordinat kapal kapal," tegasnya.

Langkah antisipasi di masa depan, Suryanto mengusulkan pemasangan CCTV sepanjang jembatan menghubungkan Balikpapan dan Penajam Paser Utara. Memang, dua kota ini berencana membangun jembatan sepanjang 5 kilometer membelah Teluk Balikpapan.

"Nanti akan kami pasangkan kamera CCTV di jembatan ini, itu bila pembangunannya terlaksana. Agar kontrol pengawasan semakin mudah," ujarnya.

Sisi lain, Pertamina hanya bisa pasrah menjadi bulan-bulanan peristiwa ini. Mereka merasa menjadi pihak tertuduh mengingat beberapa kasus yang mengaitkan dengan Pertamina.

"Mudah mudahan bukan berasal dari kilang Pertamina Balikpapan," sebut Manager Communication & CSR Pertamina Kalimantan, Yudi Nugraha.

Teknisi Pertamina terus mengecek satu per satu peralatannya yang ada di darat maupun di laut. Sementara ini, belum ditemukan kerusakan peralatan yang memungkinkan terjadinya kebocoran minyak.

"Kami sudah cek satu satu instalasi minyak di Balikpapan. Sementara ini memang belum ditemukan adanya kebocoran," kata Yudi.

Pertamina sendiri turut terlibat aktif dalam proses pembersihan limbah minyak di perairan Pantai Melawai Balikpapan. Setidaknya ada 10 personel Pertamina yang membantu membersihkan limbah minyak di sepanjang pantai.

"Kami ikut membantu membersihkan minyak di pantai," katanya.

Konsentrasi area tumpahan minyak sekitar 3.800 meter persegi di sekitar Pantai Melawai Balikpapan. Partisipasi petugas dan relawan Balikpapan sudah mampu membersihkan keberadaan limbah.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya