Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan asal China mengeluhkan masuknya baja tahan karat (stainless steel) dari Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa senilai USD 1,3 miliar. Di sisi lain, impor bajanya bertambah tiga kali lipat pada tahun lalu, demikian dilansir dari Reuters.
Investigasi anti-dumping akan dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) China terhadap produk baja billet, dan pelat serta gulungan canai panas (hot-rolled). Alasannya, murahnya harga impor produk-produk itu merugikan industri lokal.
Baca Juga
Advertisement
Langkah tersebut dimulai akibat keluhan dari Shanxi Taigang Stainless Steel serta empat perusahaan BUMN China di sektor tersebut. Mereka menyalahkan jatuhnya harga baja akibat impor yang murah.
Dilaporkan, hampir dua pertiga impor stainless steel China berasal dari Indonesia. Padahal, pada 2016, tingkat ekspor dari Indonesia hanya 5 persen saja. Namun di kuartal pertama 2017, ekspor meningkat menjadi 86 persen.
Harga dari produk stainless steel impor itu juga turun 23 persen dari USD 1.867 per ton pada 2017, padahal sebelumnya USD 2.436. Hal itu juga tak terlepas dari perusahaan-perusahaan China yang membuka usaha di Indonesia yang memiliki harga pengoperasian yang murah serta sumber nikel yang banyak.
Beberapa perusahaan Indonesia yang disorot adalah PT Jindal Stainless dan unit dari Tshingshan Stainless Steel. Nisshin Steel Co Ltd, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp, dan JFE Steel Corp dari Jepang, serta Posco dari Korsel juga ikut masuk daftar.
"Bila kami membiarkan produk-produk baja itu berlanjut masuk ke pasar China dengan harga rendah dan mengambil lebih banyak pangsa pasar, penjualan produk domestik China akan terus berkurang," tulis keluhan yang disampaikan ke Kemendag China.