Liputan6.com, Jakarta Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Rupiah bahkan sempat menyentuh angka Rp 14.500 per USD pada perdagangan pekan lalu.
Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia, Lukas Sutjiadi mengatakan, pelemahan Rupiah belum berpengaruh besar terhadap penjualan mainan. Namun demikian, para pengusaha masih mengamati sampai kapan fluktuasi nilai tukar terjadi.
Advertisement
"Pelemahan Rupiah memang ada pengaruh terhadap importir. Nah, importir sekarang masih wait and see. Mereka ini melihat dulu jangan-jangan dia bisa beli barang tapi enggak bisa jual. Mereka masih melihat kondisi," ujarnya di Jakarta, Senin (23/7/2018).
Sejauh ini belum ada rencana pengusaha untuk menaikkan harga mainan. Mengingat sebanyak 60 persen mainan masih mendominasi pasaran Indonesia. "Sementara ini belum (ada kenaikan). Karena kemarin itu (awal tahun) sudah naik cukup tinggi, 20 sampai 25 persen," jelasnya.
Lukas menambahkan, pengusaha akan menaikkan kembali harga mainan jika Rupiah menyentuh angka Rp 15.000 per USD. Hal ini untuk mengantisipasi biaya operasional bahan baku yang kian membengkak dan harga beli barang dari negara asal yang cukup besar.
"Banyak hal yang jadi pertimbangan kenaikan harga mainan seperti UMR naik dan Dolar naik. Kalau sekarang kan cuma Dolar yang naik. Dollar kan bisa turun naik. Jadi kita bisa ada plus minus nya masih bisa. Batasnya 15.000 lah baru ada kenaikan harga mainan. Sekarang, paling untungnya aja tipis," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Pameran Mainan
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Rupiah bahkan sempat menyentuh angka Rp 14.500 per USD pada perdagangan pekan lalu.
Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia, Lukas Sutjiadi mengatakan, pelemahan Rupiah belum berpengaruh besar terhadap penjualan mainan. Namun demikian, para pengusaha masih mengamati sampai kapan fluktuasi nilai tukar terjadi.ChaoYu Expo dan Peraga Expo kembali akan menyelenggarakan pameran industri mainan dan perlengkapan anak. Pameran yang dikenal dengan Indonesia Internasional Toys and Kids Expo (IITE) 2018 tersebut dilaksanakan pada 26 hingga 28 Juli 2018 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pameran ini merupakan platform yang tepat bagi para pemain di industri mainan dan perlengkapan anak baik di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara untuk memperluas jaringan dan mengembangkan bisnis.
General Manager ChaoYu Expo, Jason Chen, mengatakan pameran yang fokus di sektor B2B (business to business) ini memberikan kesempatan kepada para pemain industri untuk dapat saling bertukar informasi dan menemukan peluang agar dapat berkolaborasi dalam mengembangkan usaha dalam jangka panjang.
"Indonesia adalah pasar mainan anak yang menggiurkan. Hal ini didukung dengan pertumbuhan jumlah penduduk, ekonomi dan kebutuhan mainan dalam negeri. ChaoYu Expo berharap pameran ini dapat menjadi ajang temu bisnis antara pengusaha, eksportir dan seluruh stakeholder terkait dalam rangka pengembangan industri mainan dan produk anak nasional," ujarnya di Penang Bistro, Jakarta, Senin (23/7).
Jason Chen mengatakan, IITE 2018 berkembang dengan sangat baik terlihat dari luas pameran yang mencakup 4000 meter persegi, dua kali lebih luas dari penyelenggaraan pameran tahun lalu.
"Kami berharap untuk bisa mengambil kesempatan mempromosikan kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok dalam hal mainan robot cerdas. Untuk itu, kami akan menampilkan Robot Cerdas dari China yang diberi nama Dobi," jelasnya.
Robot Dobi merupakan robot cerdas yang berhasil mempertahanan Rekor Dunia sebagai robot yang bisa menari secara bersamaan. Ini merupakan penampilan pertama Robot Dobi diluar negara Tiongkok, menunjukkan tingginya teknologi manufaktur mainan di Tiongkok.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia, Lukas Sutjiadi mengatakan, pasaran mainan masih tergolong stabil dalam beberapa waktu belakangan meskipun sempat lesu pada kuartal I-2018 lalu.
"Saat ini pasaran mainan masih stabil tidak terlalu lesu seperti pada kuartal pertama. Meski pasar mainan impor berkisar 65 sampai 70 persen di mana sekitar 60 persen berasal dari China, tidak terlalu mempengaruhi industri mainan anak dalam negeri," jelasnya.
Sebagai informasi, Indonesia IITE 2018 akan menghadirkan lebih dari 2000 macam produk di industri mainan dan perlengkapan anak seperti mainan bayi dan anak, produk-produk perlengkapan bayi, pakaian jadi buat anak, furniture bayi, mainan elektronik, penunjang belajar, mainan plastik dan fasiiitas bermain.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini IITE 2018 menampilkan Iebih banyak kategori produk untuk menambah pilihan para industri. Program hosted buyers dari berbagai negara ASEAN yang ditawarkan diharapkan menjadi jembatan para industri lokal untuk dapat bertemu dan bertukar informasi mengenai industri di kawasan ASEAN.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement