Liputan6.com, Tel Aviv - Seorang menteri Israel mengatakan bahwa negaranya akan kembali membuka akses distribusi barang ke Jalur Gaza pada Selasa 24 Juli 2018, asalkan, Palestina tetap mematuhi kesepakatan gencatan senjata dan menghentikan 'serangan' ke perbatasan Israel.
Rencana itu dikemukakan oleh Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman. Jalur akses distribusi yang dimaksud dikenal dengan nama perlintasan Kerem Shalom.
"Jika situasi seperti ini (gencatan senjata) terus berlanjut seperti kemarin, maka kami akan kembali membuka Kerem Shalom dan zona pemancingan ikan (yang berdekatan) ... yang mana kedua tempat itu akan beroperasi seperti sedia kala," kata Lieberman, seperti dikutip dari The Japan Times, Selasa (23/7/2018).
Sebelumnya, akses distribusi barang ke Jalur Gaza --yang berlintasan melalui perbatasan Israel-- sempat ditutup oleh pemerintah Negeri Bintang David pada 9 Juli 2018, sebagai bentuk respons atas rangkaian serangan 'layang-layang api' yang dilakukan oleh kelompok militan Palestina di Jalur Gaza.
Baca Juga
Advertisement
Lieberman juga mendesak agar kelompok militan Hamas Palestina harus menghentikan serangan 'balon dan layang-layang api' ke perbatasan Israel --seperti yang telah berlangsung selama beberapa pekan terakhir-- sebagai ganti atas rencana kembali dibukanya akses distribusi barang ke Jalur Gaza.
Otoritas Israel mengatakan bahwa balon dan layang-layang api itu telah menyebabkan ratusan kebakaran di sejumlah titik wilayah Israel --termasuk beberapa ladang pangan.
Sementara itu, dinas pemadam kebakaran Israel melaporkan, sudah tak ada lagi kasus si jago merah yang disebabkan oleh balon dan layang-layang api kelompok Hamas Palestina sejak dua hari terakhir. Sebelumnya, kasus serupa hampir terjadi setiap hari.
Kendati demikian, pihak Israel --sebagaimana yang disampaikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu-- memperingatkan, jika kelompok militan Palestina di Jalur Gaza terus melakukan penyerangan, Negeri Bintang David akan kembali membalas dengan serangan militer yang jauh lebih intens.
Pada 9 Juli 2018, Israel menutup akses distribusi barang ke Jalur Gaza sebagai respons atas berbagai insiden serangan balon dan layang-layang api --yang mana Israel menuduh bahwa kelompok Hamas Palestina merupakan inisiator peristiwa tersebut.
Kemudian pada 17 Juli 2018, Israel juga menghentikan distribusi bahan bakar yang masuk ke Jalur Gaza dan membatasi zona pemancingan di wilayah laut --dari enam mil nautika ke tiga mil nautika-- sebagai bentuk respons atas peristiwa serupa.
Kendati demikian, Israel mengklaim tetap mengizinkan distribusi makanan dan barang-barang medis "pada kasus-kasus khusus".
Sementara itu, seorang pejabat PBB mengatakan, sejak Israel menutup akses distribusi barang, warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi kekurangan pasokan kebutuhan hidup mendasar, terutama bahan bakar, yang berdampak pada terganggunya operasional sejumlah fasilitas publik, seperti rumah sakit, pengairan, dan sanitasi. Oleh karenanya, PBB mengimbau agar Israel segera kembali membuka akses distribusi.
PBB menjadi salah satu pihak yang mendistribusikan barang bantuan kepada warga Palestina di Jalur Gaza.
Namun, sejak Israel memberlakukan kebijakan menutup akses distribusi, Koordinator Humaniter PBB di Palestina Jamie McGoldrick mengatakan, "Barang bantuan PBB di Gaza telah menipis" dan mendesak Negeri Bintang David kembali membuka jalan untuk masuknya komoditas tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Sekjen PBB Serukan Israel dan Hamas Menahan Diri di Jalur Gaza
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB, dalam sebuah pernyataan, mengatakan sangat prihatin atas rangkaian eskalasi kekerasan dan konflik antara Israel-Palestina di Gaza dan Israel selatan, dekat perbatasan kedua wilayah.
Antonio Guterres juga menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan menghentikan berbagai tindakan yang memicu konflik.
"Saya menyerukan kepada Hamas dan militan Palestina lainnya untuk menghentikan peluncuran roket dan layang-layang api serta provokasi lain di sepanjang pagar perbatasan (Israel-Palestina di Gaza)," kata Guterres pada Sabtu 21 Juli 2018, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu 22 Juli 2018.
Layang-layang api adalah layang-layang yang dipasang kain yang dibakar atau membawa bom molotov, kemudian diterbangkan ke wilayah Israel.
Di sisi lain, Guterres mengimbau agar "Israel menahan diri guna menghindari semakin memburuknya situasi."
Guterres selanjutnya mengatakan eskalasi ketegangan akan mengancam nyawa, memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza.
Gencatan Senjata
Pernyataan Guterres datang hanya beberapa jam setelah Hamas mengatakan mediator internasional telah memulihkan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Hal ini diungkapkan oleh seorang juru bicara Hamas dan juru bicara militer Israel pada Jumat, 20 Juli 2018.
Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di dekat perbatasan Jaur Gaza dapat kembali menjalankan rutinitas normal, menyusul rangkaian konflik dan kekerasan di daerah itu belakangan terakhir.
Sementara itu, Jerusalem Post menambahkan, kedua pihak juga sepakat untuk menghentikan pertikaian yang terus menerus meletus di Jalur Gaza. Menurut laporan, kelompok militan Hamas wilayah itu telah mengkonfirmasi kepada para mediator di Mesir atas kesediaan mereka untuk memulihkan keadaan.
"Upaya Mesir dan internasional telah memunculkan perdamaian di antara pertempuran yang melibatkan pasukan pendudukan (Israel) dan demonstran Palestina," ujar Barhum seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu 21 Juli 2018.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Jalur Gaza dan IDF, eskalasi hari Jumat menewaskan sedikitnya empat warga Palestina dan satu tentara Israel.
Pada hari Jumat, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak masyarakat internasional agar segera turun tangan untuk memadamkan eskalasi baru antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza.
Advertisement