Ogah Minta Maaf, Waketum Gerindra Klaim Kritiknya untuk Perkuat AHY

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menegaskan tidak akan meminta maaf atas kritik kerasnya ke Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2018, 20:48 WIB
Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberi keterangan usai menjenguk Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di RSPAD, Jakarta, Rabu (18/7). SBY dirawat karena kelelahan. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menegaskan tidak akan meminta maaf atas kritik kerasnya ke Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sebab, dia percaya kritik yang disampaikan bertujuan baik, agar AHY menjadi pribadi yang lebih kuat.

"Saya enggak mau minta maaflah. Enggak lah. Ngapain? Wong tujuan saya benar kok, supaya AHY jadi kuat. Kan yang ngomong bukan saya saja. Banyak yang ngomong AHY seperti itu. Nah, AHY harus buktikan," kata Arief saat dihubungi, Jakarta, Senin (23/7/2018).

Dia meluruskan, kritik kepada AHY lebih mengarah pada kriteria pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Menurut dia, Prabowo Subianto berlatar belakang militer tidak cocok berdampingan dengan cawapres yang dari militer pula.

Konteks kedua, lanjut dia, AHY masih minim pengalaman di bidang politik. Dia menyimpulkan AHY belum pantas mendampingi Prabowo sebagai cawapres.

"Saya bilang, sangat tidak mungkin kalau militer sama militer. Kedua, AHY itu kan belum punya pengalaman, masih boncel dalam politik," ujar Arief.

Oleh karena itu, Arief berpandangan jika AHY ingin menjadi pemimpin maka harus ditempa dan dikuatkan melalui kritik dan hinaan. Meski dia mengakui AHY memiliki potensi besar dan memenuhi kriteria menjadi pemimpin Indonesia.

"Sekolahnya tinggi, lulusan AKABRI. Tapi kan politik enggak bisa gitu. AHY ini harus ditempa, dikritik harus kuat. Jangan ujuk-ujuk lapor baru dihina gitu. Untung yang menghina saya, kalau yang menghina rakyat kecil gimana? Kan kita mau mencari pemimpin besar," kata Arief.

Dia mengaku tak mau memberikan penilaian soal kecocokan Prabowo dengan AHY. Cocok tidaknya opsi Prabowo-AHY tergantung penilaian partai-partai koalisi.

"Maka itu ini waktu masih lama lah sblm Jokowi diganti. Nah saya mau AHY ini jadi orang yang kuat, jadi pemimpin yang besar. Menjadi benar-benar pemimpin, bukan pemimpin kutu buku. Menjadi the real pemimpin yang lahir dr masyarakat," ucap Arief.

Sebenarnya, lanjut dia, AHY pantas dipasangkan dengan mantan Danjen Kopassus. Tapi, AHY harus diuji terlebih dahulu sebelum memimpin Indonesia. Contohnya saja Jokowi ketika dikritik keras sebelum menjadi Presiden.

"Makanya harus disapkan jadi pemimpin yang kuat dan mumpuni. Biarkan masyarakat yang menilai siapa AHY. Enggak bisa jadi pemimpin besar kalau kayak gini," ucapnya.

"Contohnya dulu Jokowi dihina kan sama JK. Nah jadi presiden. Ini AHY saya hina nanti jadi presiden kayak dulu Jokowi jadi presiden saya hina," sambung Arief.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kritikan Arief

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengkritik keras Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), karena belum pantas mendampingi Ketua Umumnya, Prabowo Subianto, dalam pertarungan di Pilpres 2019. Arief menilai, AHY dipandang belum punya pengalaman di pemerintahan dan disebut hanya tentara biasa.

Hal ini ternyata disikapi serius oleh Prabowo. Dia pun menegur Arief, atas pernyataannya akan sosok AHY. Berdasarkan informasi yang diterima Liputan6.com, Prabowo marah terhadap Arief, karena dianggap menghina putra Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Wakil Ketua Umum Gerindra, Sugiono membenarkan hal tersebut. Bahkan sudah ada surat teguran dari Prabowo untuk Arief.

"Benar, (suratnya) tadi pagi. Selain surat, juga dibuat copy elektroniknya untuk dikirim kepada Mas Arief Poyuono," ungkap Sugiono.

Reporter: Renald Ghiffari

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya