Liputan6.com, Jakarta Tujuh tahun setelah insiden Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang, jejak radioaktif ditemukan dalam minuman wine di California. Peristiwa tersebut terjadi di Jepang pada 2011.
Advertisement
Dilansir dari Live Science, Selasa (24/7/2018), sekelompok fisikawan nuklir Prancis menguji 18 botol wine (anggur) yang diproduksi pada 2009 dan seterusnya. Mereka menemukan bahwa wine yang diproduksi setelah bencana memiliki tingkat partikel radioaktif buatan manusia yang meningkat. Jenis Cabernet sauvignon misalnya, memiliki dua kali lipat jumlahnya.
Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal daring pracetak Arxiv.
Para peneliti menggunakan dua metode untuk mencari jejak isotop radioaktif yang disebut cesium-137. Metode pertama dikembangkan sekitar 20 tahun lalu dan dapat mendeteksi partikel lewat botol wine, tanpa merusak atau membukanya.
Untuk deteksi yang lebih akurat, para peneliti menghancurkan wine melalui pemanasan dan membuatnya menjadi abu. Kemudian, mereka menguji cesium-137 di abu tersebut.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Tidak Berbahaya
Meskipun mereka menemukan peningkatan tingkat limbah radioaktif, para ahli mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Menurut New York Times, Departemen Kesehatan Masyarakat California mengatakan bahwa tidak ada masalah kesehatan dan keselamatan bagi warga setempat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, tingkat racun radioaktif yang ditemukan dalam makanan dan minuman di luar Jepang, terlalu rendah untuk dikategorikan menjadi sebuah bahaya.
Bahkan, Asosiai Nuklir Dunia mengatakan, di daerah Jepang terdampak insiden itu, meskipun 100 ribu orang dievakuasi dari rumah mereka, tidak ada kematian atau penyakit akibat radiasi yang dilaporkan hingga saat ini.
Advertisement